Sabtu, 10 November 2012

Rindu, Dia dan Hujan II

“Tanpa mu, hujan kan slalu melindungiku”
***

Aku senang, hujan selalu turun tanpa henti. Apa hal ini terjadi diseluruh penjuru negeri???
Aku salah, dia tak pernah mengunjungiku lagi. Dia hilang bersama jejak hujan yang  mengering.
Masih soal hujan, dan aku tak pernah melupakannya. Aku menyukai suaranya, bunyi yang ditimbulkannya, butiran-butiran airnya dan seluruh akibatnya. Ya… ya… ya… seluuurrruuuh akibatnya. Aku senang bila orang lain menjadi bahagia dan aku juga tak mempermasalahkan bila orang lain tak menyukainya, mengumpatinya, memaki-makinya.
Kenapa??? Apa ada yang salah??? Aku??? Menyukai hujan meski hujan tak selalu baik bagi seseorang.
Aku mengagumi hujan yang turun, meski tiap kali turun frekuensinya tak sama, durasinya berbeda dan intensitanya tak terkira.
Walaupun dia telah merusak hujanku, membuat hujan membawa bingkisan kenangan. Aku tetap menyukainya, menyukai hujan.
Sehari, dua minggu, tiga bulan, hari-hari berlalu. waktu tak pernah memberi tahu kapan hujan berikutnya akan datang, hanya awan yang selalu mengingatkan. Tiba-tiba, aku dikagetkan dengan sesosok makhluk yang duduk di alun-alun kampus, menunggu. Benarkah dia menunggu? Dengan guratan senyum yang begitu mempesona, dia bercengkrama, mengobrol dengan teman-teman lama. Tanpa menghiraukan, aku melewatinya, melewati dia yang sedang duduk bersama.
“Hey, kamu melupakannku ya…” tanganku dipegangnya. “Ayo ikut aku, ada yang ingin aku katakana padamu”.
Aku kaget, terdiam, membisu, dia menabuh gendang-gendang jantungku. Dug… dug… Darahku ikut menari-nari tak karuan akibat bunyi si jantung. Pingsan.
***

Aku tersadar di ruang kesehatan kecil, hanya ada dia yang duduk dikursi sebelah tempat tidur, tirai putih, kotak P3K, meja dengan alas putih dan hal-hal putih lainnya. Hening, dia membiarkanku mengumpulkan tenaga. Aku beranjak duduk, dan dia mulai berkata-kata.
“Kamu sudah sadar? Sakit apa sih? Apa kamu masih suka hujan-hujanan? Kamu..”
Wew, aku langsung dihujani kalimat-kalimat.
“Ya, AKU MASIH SUKA HUJAN” dingin, aku memotong pembicaraannya.
Hening sejenak.
“Keluar yok,  aku mau ngobrol nih... Kita ketempat biasa ya”
Seperti terhipnotis, aku memberikan anggukan, mengiyakan.
Kita berjalan kesebuah taman, tempat dimana dia sering mengajakku berteduh ketika hujan datang.
“Aku khawatir tau, aku mencemaskanmu” Dia memulai pembicaraan
“O ya” Jawabku ketus.
Dia mengangkat sebelah alis matanya, mengerutkan dahi. “Kamu ngga tau kan gimana aku disana? kenapa sih kamu suka hujan? Aku ngga mau dengar jawaban TIDAK TAHU. Hari ini AKU INGIN TAHU”
“Hey,, punya hak apa kamu ingin tahu. Kemana aja sih kamu selama ini?”
Aku tak akan mengucapakan kata-kata “rindu” atau “mengingatmu disaat hujan turun” padanya. Biarlah ku pendam saja. Aku tak ingin membuatnya besar kepala.
“Masih saja seperti itu, kamu taukan… Aku cemburu pada HUJAN”.
“Tidak, aku tidak pernah tahu. Yang aku tahu, hanya kau tak pernah datang.”
“Kamu melupakan semuanya? Semua yang aku lakukan untukmu dan hujan itu?”
“Tidak, ini fakta.! Tiga bulan terakhir kamu kemana aja?”
“Aku kemana saja??? Hujanmu yang kemana.! Kenapa hari ini dia tak datang??? Apa dia bersembunyi??? Takut dengan kedatangannku??? Aku rindu hujanmu yang menyebalkan itu??? Hahaha”.
“Kenapa kamu tak menjawab pertanyaanku, kamu kemana aja???”
“Hayooooo,, kamu merindukanku ya?” Dia mulai menggoda
“Isssssshhhhh” aku mendesis, pura-pura cemberut.
“Ngaku.. ngaku..” ucapnya dengan tatapan penuh arti, mengejek tiada henti.
Dia menertawaiku. Lucu, ekspresinya lucu sekali. Tawa itu tak tahan ingin keluar, aku menumpahkannya. Tawa kami pun membahana. Bersama dia, aku tertawa.
“Maaf jika aku tak lagi memperhatikanmu”
Tawa itu pergi meninggalkan kami, suasana berubah sunyi, hanya ucapannya yang kini terdengar.
“Aku, bingung, aku tak tahu harus berbuat apa. Maaf tak memberitahumu tentang kepergianku. Aku diutus ke daerah terpencil tak bersinyal. Tiga bulan bertugas disana. Maaf”.

Aku hanya bisa mengangguk. Dia melanjutkan kalimat-kalimatnya:
“Maaf, aku mengagetkanmu dengan kehadiranku. Terus terang AKU MERINDUKANMU”.
Aku schok, kaget dan hanya bisa diam, menundukkan kepala. Aku tak berani memandang wajahnya.
“Kamu tahu, disaat hujan turun aku selalu saja mengingatmu. Aku mengkhawatirkanmu dan aku selalu berdo’a untuk kesehatanmu”.
Kata-kata itu. Kata-kata yang tak terungkap, kata-kata yang harusnya keluar dari mulutku, terucap olehnya. “Rindu, mengingatmu disaat hujan turun”. Harusnya… Arrrgggghhhh.!
“Aku…  aku.. aku menyukai hujan. Ngga tahu kenapa dan tidak tahu sejak kapan aku menyukainya. Yang jelas, aku suka hujan”. Perlahan aku angkat kepala, memberanikan diri melihatnya.
Dia tersenyum, sedikit tertawa.
“Haha.! Bodoh.! Kamu suka hujan yang bikin sakit kepala? Kamu suka hujan yang menganggu kesehatan manusia? Hahahahahahahaha. Aneh.!”
“Hufh.! Kamu ini,,, aku serius tau.! Apapun dampak dan akibatnya, aku tetap saja menyukainya. Toh selama ini aku tak pernah sakit karna hujan. Mau hujannya banyak, mau nggak, aku ngga peduli. Banjir. Yang salah manusianya juga kan? Coba kalau sampah ngga berserakan dimana-mana, pasti aliran sungai dan irigasi yang ada akan berjalan lancar, ngga mampet-mampet, ngga tersumbat-tersumbat”.
 “Ada aja jawabannya, selalu begitu. Terus kalau jalanan jadi licin, orang-orang tergelincir, motor berjatuhan, kecelakaan karna hujan? Siapa yang salah? Manusia juga karna ngga hati-hati gitu? Terus kalau hujan ngga berhenti, airnya turun terus, air masuk rumah kamu, kamu masih senang? Dasar.! Manusia selalu kalah dibandingin hujan kesayanganmu. Ngga boleh gitu juga”.
Refleks aku mengangkat bibir.
“ Eits,,, jangan manyun gitu. Hahahaha”. Lagi-lagi dia menertawaiku.
Aku kesal dengan ucapannya.
“Kalau kamu ngga suka.! Yasudah.! Ini aku bukan kamu.! Suka-suka aku dong, mau berfikiran seperti apa. Apa sikapku menganggumu? Ngga kan.!” .
“Ngga?? Dengan gampangnya kamu bilang ngga??. Kamu ngga tahu gimana aku disana. Mengkhawatirkanmu, mencemaskanmu. Please deh.! Memang aku tak suka hujan sepertimu, tapi…. “
Lagi-lagi hening menghampiri kami.
“Aku MENYUKAIMU lebih dari kamu menyukai hujan itu. Kamu ngga tahu kenapa kamu biasa suka hujan, kamu ngga peduli apapun dampak yang disebabkan oleh hujan. Begitu juga rasaku padamu. Aku ngga tahu,,, yang jelas AKU PURE SAYANG KAMU”.

Kamis, 08 November 2012

Rindu, Dia dan Hujan


Nyanyian rindu…
Dari hujan untukku yang telah terbangun

Kamu selalu hadir, mendatangi alam bawah sadarku, berpesta bersama rindu

Kamu, yang ntah merindukanku ntah tidak
Kamu yang telah mecuri dan menyembunyikan hatiku, tak lagi datang
Hanya hujan yang selalu setia
Hujan itu,,,,
Yang selalu buatmu cemburu
***
“Aku kangen dia…”
“Tapi, aku malu..”
“Malu untuk menuang segela rindu..”
***
Langit gelap berubah terang. Perlahan tapi pasti, matahari menampakkan diri. Malu-malu sembunyi dibalik awan yang tirus, putih, langit bersih. Aku terbangun, membuka selimut yang menghangatkan menghamipiri jendela yang terkunci rapat, membuka dan membiarkan udara pagi menyerbu kamar kecil ini, menerpa wajah yang belum tersentuh air. Memandangi embun yang turun.
“Woy, dingin tau.! Jendelanya tolong tutup lagi dong.! Kebiasaan deh..” Tati yang sedari tadi tidur seketika terbangun dan berteriak.
Tanpa mempedulikan teriakannya, bagaikan si Tuli dari gua monyet aku berjalan menuju kamar mandi, gosok gigi, membersihkan wajah, bersiap  untuk mandi.
Rutinitas seperti biasa, ku langkahkan kaki dipagi itu berjalan menuju kampus yang jaraknya tak begitu jauh dari rumahku. Cukup tiga menit, akupun menginjakkan kaki dikampus yang sudah mulai ramai didatangi para penuntut ilmu yang entah memang ingin menuntut ilmu, sok gaya-gayaan atau hanya sekedar melepas tanggung jawab.
Terlepas dari itu semua, aku meridukannya. Merindukan mendung, hujan turun dan dia yang selalu ada.Aku yang selalu suka air, terlebih air yang berjatuhan turun ke tanah. Satu-persatu, teratur tak berdesakan, menyadari jarak masing-masing. Begitu indah. Gemercik riang mengalunkan music. Asyik. Aku rindu suasana itu.
Aku berharap awan mengizinkan air turun ke bumi. Aku kangen pesan-pesan yang selalu datang disaat hujan turun. Aku kangen dia yang selalu mengantarkan payung untukku, mencemaskanku bila hujan mengunjungiku, mendapat ucapan “Aku cemburu pada hujan, kenapa kamu selalu bahagia, riang dan bermain dengan butiran air yang turun. AKU CEMBURU :P :D”. Candaan yang selalu hadir disaat hujan turun.
Harapanku berubah nyata. Matahari yang perlahan tapi pasti menampakkan diri berubah pikiran,  malu-malu ia engan untuk keluar.
Class pertama usai, pukul 10.40, class berikutnya akan segera dimulai.
“Mau hujan, hufh.! Kirain bakal panas. Jangan sampai hujan dech… Kain kuuuuuu.!” Celoteh teman sekelasku.
Aku tersenyum, dalam hati mulai bergumam… “Asyikkkkk… Apa aku akan dapat sms atau tlp dari dia???? #Berharap”.
Aku tahu, aku sadar, dia tak akan datang. Meskipun hujan telah turun, tapi dia takkan sempat dan punya waktu untuk menemuiku lagi. Semoga, jika benar hari ini hujan turun ponselku akan heboh dan mengabarkan bahwa dia memang selalu ada untukku.
Tapi…. Dia, di tempat yang berbeda. Apakah akan tahu, bahwa hujan akan mengunjungi ku hari ini

Senin, 05 November 2012

Baca aja deh.!


Dia, yang terbiasa mendengar suaranya setiap malam. Dia yang selalu setia mendengarkan. Hanya mendengar, sesekali merespon dari kejauhan tanpa disadari si pria.
“Bukan aku yang mencarimu”
“Bukan kamu yang mencari aku”
Iva.!
“Teman yang mempertemukan”
“Dua hati yang berbeda ini”
Semoga aja, Si Dinda ngga baca postan ini.
Ini postan, khusus W post buat junior W yang lagi galau setengah mampus.
“Aku butuh pria” ‘Aku butuh lelaki”
Teriakan alay yang memang sangat mengelitik. Ckckckkck #Kidding
Setelah hampir satu tahun, emmpppp… satu tahun apa 8 bulan ya menggalaunya. Sebut saja si D (Hadowch, namanya udah di sebut woy.! Ngga perlu inisial lagi?| Biar seru guys :D) jadi pengen punya pacar juga seperti pasangannya yang telah lebih dulu menemukan pengganti.
Kebetulan si I alias si Iva ngenalin dia sama patnernya, teman yang selalu setia menemani dia kalau lagi siaran.
Sama-sama lagi kosong, jadi bisa saling mengisi deh… :D
Hal ini menyebabkan si D rajin denger radio…
Tepuk tangan dong.. “Prok.. Prok… Prok..”
Maksudnya????
?
??
???
Gaje banget ni ketikan.
Dengan pedenya w ngepost ini.
Bersiap untuk kngeklik publikasikan.
Kursor digerakan, dan..

Salut

Bener-bener salut.!
4 Jempol buat adik-adik lingkar bloger pusako yang sudah berhasil bikin acara seminar sehari bersama Libko.
Ngga ada kata menyerah dan jera. Bener-bener pasukan berani mati. Hho :D

Saya, sebagai salah satu dari ratusan peserta yang hadir benar-benar senang bisa mengikuti acara ini. Makasih undangannya. :)
Berkat seminar ini saya jadi bisa ketemu penulis, pengarang, novelis :)
Apa lagi didatangkan Muhamad Subhan penulis novel "Rinai Kabut Singgalang", yang sebentar lagi bukunya akan di filmkan.
Ngga cuma itu, doorprizenya juga suaaaaaaannngggaaaaaat banyak... :)

Jadi pengen bikin komunitas bloger di kota Solok. Hhe
Sumpah, iri banget (dalam artian positif) sama kalian yang bisa bikin acara seminar kek gitu. Yaaaa.. walaupun masih ada beberapa kekurangan disana-sini. Maklum, baru belajar...

Sekali lagi, saya ucapkan terimaksih atas kreatifitanya, keberaniannya dan kemauan yang tinggi serta undangan dan snack-snacknya :D

Kamis, 01 November 2012

Repres

Capek yang menggembirakan
Lelah yang menyejukkan
Keringat kebahagiaan

Jingkrak-jingkrak
Karaokean
Candaan
Tawaan
Jalan-jalan

Sekali-sekali, tak apalah
Gerah,,,
Diruang kecil yang berukuran kecil
Kita (W, Dila, Ipy, Bunga, Iid dan Maya), setelah seharian menunggu dan melaksanakan interview istirahat sejenak, merefreshkan fikiran dengan pergi karaokean :D :D :D
Menyenangkan

Semoga kita mendapatkan hasil baik :)