Sabtu, 30 Maret 2013

Hardikan


Pecundang.! Kalau ngga sanggup, kenapa milih???

Huuuaaaaa,,,,aku  memang ingin dan memang mau membantu. Tapi, bukan diposisi ini. Aku tak suka berada diposisi ini. Apa aku harus mengakui kesalahanku, karna telah memilih? Aku sudah katakan aku tak sanggup, aku tak bisa berada diposisi ini. Tapi apa??? Mereka mempertahankanku.
Aku, tak tau mesti bertanya apa. Aku tak tahu akan mulai dari mana. Semuanya pemula. Tidak mengerti.! Memang, telah disediakan tempat bertanya  tapi aku tak tahu, aku bingung akan menanyakan apa.
Aku sadar, lambat laun, selama proses aku akan mengerti. Waktu akan mengajariku.
Sekarang, mood ku terganggu. Aku tak bisa berekspresi dengan baik. Beberapa orang tak menyukai ekspresi wajahku. Aku ingin berubah, tapi aku tak tau. Aku bingung, aku tak mengerti, aku tak paham bagaimana cara berubah. Bagaimana caranya untuk memperbaiki diri.
Aku jenuh dengan semua ini. Aku jenuh dengan aktifitas ini. Tapi, aku harus bertahan.
Manusia memang punya titik jenuh selama masa hidupnya.
Aku harus mampu bertahan.!

Minggu, 24 Maret 2013

RIP

Rasa itu tlah pudar
Menghilang bersama embun yang teruap
Jauh ke atas
Menghilang
Terbang

Belum Diizinkan

Seperti biasa, minggu pagi di Bukittinggi saya habiskan dengan jogging dan senam di jam gadang (jikalau tidak ada kegiatan). Kali ini, kami pergi bertiga. Saya, Dila dan Tata.
Malam sebelom jogging, saya sudah berniat akan membeli kemeja yang diskonnya 50%+20% di Ramayana. Sudah saya ancang-ancang akan membeli kemeja yang warna Merah, Kuning dan Unggu.
Sebelumnya ngga saya beli, takut ngga muat. Lagian waktu itu malas juga nyoba-nyoba. Udah capek belanja keperluan sehari-hari. Tata yang punya semangat tinggi kalau berbelanja malah beli 2 kemeja. Heran deh, ngga ada capek-capeknya kalau shopping. Nah, sampai di kost saya nyobain kemejanya Tata. Ternyata muat dan bagus. Saya jadi tertarik buat beli juga.
Senam di jam gadang selesai pukul 08.00 WIB. Tata bilang, Ramayana buka jam 09.00 WIB. Mengisi waktu, kami pergi makan dan cuci mata di Boutiq. Tertarik dengan yang ada, saya membeli 2 buah rok seharga Rp. 50.000,.- (Rp. 25.000,.-/rok).
Pukul 09.02 WIB, OTW Ramayana Bukittinggi. OMG, sampai di Jam Gadang, ternyata Ramayananya masih tutup. Kami terpaksa menunggu, duduk-duduk dijam gadang sambil mengamati hal-hal yang ada disekeliling kami + berfoto.
Sayang, sekarang suasana di jam gadang tidak nyaman. Tiap sebentar, pengamen jalanan datang. Kalau ngamen biasa mah ngga papa. Ini orangnya bisa dibilang ngga nyanyi (ngamenya barengan, bisa 2 hingga 5 orang/ group).  Yang satu mengang kantong uang, yang satu pegang gitar. Kalau lebih dari 2 orang, lainnya cuma ikutan.
Mereka memetik gitar, terus langsung nyodorin kresek uang. Ngga dikasih uang dia pergi (ngga nyanyi), oke ini wajar. Kalau udah dikasih uang dia juga pergi, nyanyinya ngga selesai. Seolah-olah jadi kayak tukang minta-minta. Haduuhhh..
Dan itu ngga satu atau dua group tapi banyak, dan mereka datang silih berganti.
Bosen n males terus digituin. Kami minum ice di KFC. Dan ternyata baru buka 10 menit lagi dari kedatangan kami.
Terpaksa duduk dan nunggu di KFC dulu. Ngga papalah, lebih nyaman dan ngga ada pengamen ngasalnya.
10 menit kemudian, kami sudah bisa memesan. Dila dan Tata memesan ice cream, sedangkan saya lagi ngga mood memakan/meminum apapun.
Selesai minum ice, kita menuju Ramayana. Langsung ke tujuan, baju kemeja. Wuiiiiizhh,,, dengan hebohnya kita milih-milih. Baik itu size nya, warnanya, bahanya etc.
Saya bingung, gimana cara ngitung diskonya. Liat tulisan diskon, Ya ammmmppuuuunnnnn… diskonnya Cuma 20%. Padahal, kemaren didiskon 50%+20%. Untuk lebih pasti, kami nanya sama SPG yang ada disana. “Itu diskon yang benar, ngga ada kesalhan sedikitpun” kata SPGnya.
Pring, treng, bruk #@!!#@$%!^@&@$!$@, HATI saya tiba-tiba PATAH. Woalah,, kenapa ngga beli kemaren aja. Haduuhhh…
Pelajaran: Kalau suka dan pengen, langsung ambil aja. Ngga usah ragu-ragu. Jangan sampai apa yang kamu pengen tiba-tiba saja berubah/ diambil orang.
Mungkin Allah blom mengizinkan saya untuk membeli baju/berfoya-foya (baju saya masih banyak dan belom jelek). Toh, saya juga lagi dalam masa penghematan. Maklummm,,, anak kost. Hehehehehe

Salahkan Kamera

Minggu lalu saya dan rekan-rekan melaksanakan kemping dalam rangkaian acara Aplikasi Psikologi (Appsi) di Kecamatan sipisang, sipinang, duo kali sabaleh kanagarian Anduriang Kayu Tanam. Hampir seluruh masyarakat psikologi yang mengikuti kegiatan ini berpanas-panasan, termasuk saya.
Karena saya tidak membawa kamera, saya tidak dapat memamerkan lokasi. Dideskripsi-in aja ya,,, jadi lokasinya itu dikelilingi oleh bukit barisan, daerahnya berupa lembah berisi sawah-sawah yang dialiri sungai. Banyak kerbau, kambing, dan bajak.
Sungai yang terdapat dilokasi ini adalah sungai hidup. Maksudnya, sungai ini digunakan oleh warga sekitar untuk melakukan aktifitas sehari-hari yang berhubungan dengan air seperti mencuci, mandi, BAB, BAK, pokoknya hal-hal yang berhubungan dengan perairan. Maklum, sebagian besar penduduk tidak memiliki kamar mandi dirumah mereka.
Apa hubungannya dengan salah kamera?
Begini saudara, tiba-tiba kulit kami berubah menjadi eksotis. Menghitam terbakar terik matahari. Padahal, selama disana matahari sama sekali tak memperlihatkan bentuknya. Mendung menyelimuti lokasi, kadang-kadang hujan datang mengunjungi. Tapi, ntah kenapa, cuaca didaerah itu selalu saja terasa panas. Panasnya membakar kulit, membuat perih.
Bukan, bukan ini maslahnya.
Beberapa hari setelah Appsi, saya dan member LF mengunjungi kota Payakumbuh. Waktu itu hari selasa, sohib kami Yori kemalangan. Ibu (Kakak Mama) meninggal. Sebagai bentuk turut berduka dan rasa belasungkawa, kami bertakziah kerumah Yori.
Dari rumah Yori, kami naik angkot ke pasar untuk menyicipi soto Che yang katanya sangat enak. Udah lama sih, saya pengen nyoba.
Payakumbuh sangat panas. Kami harus berjalan beberapa kilometer untuk bisa sampai dilokasi kuliner.
Iiiiiiiiiii,,,kok ketikannya jadi panjang gini ya…
Jadi, intinya: selayaknya wanita, yang narsisnya ketulungan. Kalau Nampak kamera, maunya foto aja. Samapai bingung mau bergaya seperti apa. Saking banyak jepret, sampe lupa kalau fotonya udah ribuan. Apalagi kalau liat kaca, diskon belanjaan, produk kosmetik.. Haduuhhhh,,,
Sohib-sohib ini req ke saya minta fotonya diunggah. Yasudah, saya unggah semampu saya (Cuma 4 foto dari sekian banyak foto yang tumbuh subur di ponsel saya). Eeeee,,, baru saja selesai diunggah, muncul di branda, tiba-tiba muncul celotehan “Palak”, “Jujur Bana Kameranyo”, “Sini Aku Editin”.
Buju buseeeettt,, salahkah kamera saya yang telah jujur memampangkan dan mengabadikan wajah-wajah yang ada????

Senin, 11 Maret 2013

Menunggu

Sepanjang perjalanan hidupku, aku memang senang menunggu. Dan sepertinya, salah satu rutinitas yang dilakukan manusia adalah menunggu. Di dalam menjalankan kehidupan setiap harinya,  pasti disi dengan menunggu. Entah itu menunggu dosen, menunggu datangnya kekasih, menunggu kelahiran seorang anak hingga menunggu kematian datang. Lantas, mengapa banyak orang begitu membenci menunggu? Hampir semua orang menuliskan, mengucapkan, mengekspresikan bahwa mereka tidak suka menunggu. Padahal menunggu itu sangat mengasyikan. Kenapa??? Karna dengan menunggu kita bisa melakukan banyak hal. Mempersiapkan sesuatu dengan sangat matang, menikmati waktu dan hal-hal bermanfaat lain.
Oke, mungkin menunggu yang mereka maksud “dalam konteks lain”. Dalam artian menungggu hal-hal yang disadari. Misalnya, rapat jam 2 kemudian menunggu kehadiran anggota rapat yang datang telat atau menunggu datangnya si Do’i untuk pergi kencan.
Padahal semua yang kita lakukan itu adalah menunggu. Menunggu hasil usaha misalnya atau menunggu untuk pencapaian mimpi-mimpi. Emmmppp,,, memang sulit melihat batasannya. Sayang, tak semua orang menyadarinya. Kenapa mesti marah-marah ketika orang lain datang terlambat. Apakah karna kita telah lama menunggu? Harusnya, kita bisa sedikit bersabar untuk mengatasinya. Bisa saja dia (yang telat) lagi ada urusan di jalan. Waktunya bisa kita gunakan untuk mengerjakan hal-hal lain yang lebih bermanfaat. Atau, jika kita punya urusan lain yang lebih penting, tinggalkan saja. Kan jam yang di tentukan sudah lewat batas janji.
Terlepas dari itu semua, aku menikmati berbagai macam bentuk menunggu. Aku pernah menunggu seseorang dari pagi hingga sore hari. Waktu itu, aku menunggui sepupuku yang sedang melaksanakan kegiatan ESQ. Untungknya, aku bisa berputar-putar dan menikmati keindahan kampusnya. Menikmati jeritan dan teriakan dari luar ruangan. Mensyukuri keindahan alam ciptaan Tuhan.
Sampai sekarangpun, aku sedang menunggu. Menunggu jawaban dari seseorang.
Menunggu itu melatih kesabran.
Hampir semua orang mengidentikan menunggu itu dengan keterlambatan. Kalau seseorang menunggu, pasti harus ada yang telat datangnya, makanya jadi menunggu. Padahal ngga begitu.
Telat. Memang aku kurang menyukai keterlambatan. Mengutip salah satu sindiran dari temanku “Pantas saja karet langka di Indoesia, karna digunakan untuk memproduksi jam katret”. Tetapi aku harus bisa mengambil sisi baiknya.
Mari berfikir, jika hari ini aku mengatakan bahwa aku sedang menunggu untuk sampai di alam akhirat, alam kekekalan, menunggu untuk bisa bertemu Sang Pencipta, menunggu datangnya kematian apakah aku harus menyalahkan Tuhan karna telat mencabut nyawaku? Atau, ketika aku menunggu sebuah pencapaian tertinggi, semua yang aku cita-citakan tercapai, apakah aku harus menyalahkan Tuhan karna telat mengabulkan do’a-do’aku?
Aku rasa banyak yang akan bingung dengan ketikan ini. Yang jelas, nikmati saja prosesnya. Maka kamu akan bahagia ^_^
2 perspektif berdeda.
Sebenarnya apa sih arti kata MENUNGGU?

NTAHLAH.!!!


Terkadang, tak semua orang bisa mengerti
Mereka hanya mampu meremehkan dan mencaci maki
Tua, muda, tak mau tau
Kesenangan memimpin
Menjadi teratas dan paling atas
Bising, panas, bercampur
Menjadi satu dengan adonan keringat dan bau
Bisikan yang terdengar
Suara angin, tawa, senyuman, basa basi dan pertanyaan
Terhidang menjadi kue yang tak dinikmati orang-orang
Sibuk sendiri
Mendahulukan urusan masing-masing
Kesenangan yang terpenting
Sabar telah hilang
Desakan permintaan berdatangan
Pergi, menjauh dan mundur
Siapa yang mau peduli..

Minggu, 10 Maret 2013

Membeli Rahasia


Hujan,,,
Dia tak pernah suka
Hangat
Bukan
Panas
Yap
Matahari
Sinar
Angin Sepoi
Selalu Nikmat Baginya
Mengingatkannya
Menentramkan Hatinya
DIA, MENCINTAI PANAS
MEMBENCI HUJAN
MENIKMATI KEHANGATAN


Wiwi namanya. Seorang mahasiswi pembenci hujan. Memiliki rahasia besar disaat hujan turun. Ntah apa, dia tak pernah memberi tahu rahasia itu pada siapapun termasuk teman dekatnya. Anehnya, dia selalu mengucapkan “Wiwi punya rahasia” disaat hujan mendatanginya. Ketika hujan turun, Wiwi akan membanggakan rahasianya. Rahasia yang tak pernah terungkap, hanya terucap. Tak mau berbagi. Rahasia itu hanya untuknya sendiri.
Wiwi suka bunyi hujan, Wiwi suka memperhatikan hujan, duduk di jendela menunggu hingga hujan pulang. Mengucap kata “RAHASIA”. Kata ini tak pernah terlupa. Hujan & Rahasianya.
Hari itu Wiwi krasak-krusuk. Langit mendung, sepertinya hujan akan turun. Tak biasanya ia seperti ini. Kali ini, tak ada Rahasia yang ia banggakan. Rahasia Wiwi telah hilang.
Wiwi gontai, ia bingung, linglung. Wiwi kehilangan rahasia. Ia tak mau keluar. Menyusul pulang pun tak mau. Ini lah yang terjadi setiap kali hujan memunculkan diri, sementara rahasia Wiwi ntah kemana. Tak ditemukan. Hilang, pergi, menjauh.
Rahasia itulah yang selalu melindungi Wiwi. Wiwi panic ketika gemuruh menghardik dunianya.
Jum’at sore, Wiwi bersiap pulang. Untuk sampai ke P.O bus, Wiwi harus naik oplet dan berjalan kaki selama empat menit melewati pasar.
Wiwi naik oplet hijau yang biasa ia tumpangi. Duduk berdesakan dengan orang banyak, membiarkan music-music keras oplet menguyur telinganya. Wiwi duduk diam, memperhatikan jalanan, sesekali mengelap keringat yang muncul di dahinya.
Udara panas. Tak seperti biasa, kali itu awan hitam. Langit mendung. Wiwi berdo’a dalam hati agar langit tak runtuh.
Turun oplet, satu-satu secara bergantian air membasahi jilbab yang ia kenankan. Wiwi cemas. Ia berlari, mencari tempat untuk menyelamatkan diri. Wiwi takut hujan, apalagi tanpa rahasia yang selalu melindunginya. Semakin lama semakin lebat. Wiwi berteduh disalah satu toko. Hujan deras mengharuskannya berhenti di toko itu. Wiwi bosan menunggu. Ia memutuskan untuk masuk kedalam toko, tak berselera ia melihat air-air itu jatuh membasahi tanah.
Toko itu adalah toko yang menjual gelas, piring, kompor, keramik dan peralatan rumah tangga lain. Wiwi berjalan menghiraukan orang-orang yang berbelanja, menghiraukan antrian  kasir.
“Ya Ampun, Rahasia.!” Wiwi kaget melihat barang yang digantung pada pinggir rak gelas dan piring melamin. Alhamdulilah… disini ada rahasiaku. Aku harus membeli rahasia ini.


Apakah rahasia Wiwi??? :D/V

Boy Band Masuk Kota


Ngga sia-sia hari ini W bangun pagi. Subuh sekali malah. Berolahraga disambut perayaan kota.  Perayaan ini menghadirkan boyband kota yang namanya tersohor ditengah keluarga. Gile dah.! Berbaur dengan masyarakat membuat mereka tak banyak bicara apa lagi berkata-kata. Kalau nyanyi-nyanyi mah iya.
W ngga tau pasti bagaimana mereka bisa muncul ditanah kelahiran W ini. Kalau dideskripsikan nih ya, woalah…. W jamin, imajinasi kalian bakal berantakan, pecah menjadi ion-ion yang tak bisa disatukan, menjadi kutub-kutub dengan arah yang sama, menjadi adonan kue bantat, jadi hantu yang hanya bisa ngesot, dsb.
W certain sisi baiknya aja.
Pertama, mereka selalu bersama. Melakukan hal-hal aneh dan gila. Bereksperimen dengan ketersengajaan maupun tidak disengaja. #Gaje
Kedua, berpakaian hitam. Hal ini menjadi salah satu cirri khas mereka kali ya.
Ketiga, galak tarui seeee..

CERITA AWAL: PERTEMUAN
Seperti biasa, di pagi hari yang belum cerah, matahari masih malu keluar. Maklum, mataharinya baru bangun tidur. Takut ketahuan kalau dia ileran. W bersama adik W yang sumpah, gajenya kebangetan. Pinternya… Wuuiiizzzz,,, jangan ditanya, jogging menuju pusat kota. Tiba-tiba, jengjerengjengjeng… muncul empat orang pemuda berpakaian hitam-salah satunya memamkai manset- melempar senyum pada kami yang tengah asyik loncat sana loncat sini dan berlari-lari. Adik W kek orang yang kenal banget dengan sotoynya menyapa mereka.
(adegan 1 selesai)

Take 2: Pusat Kota
Masyarakat berkumpul. Rame. Melaksanakan rutinitas “senam pagi” dipandu ibu-ibu/ bapak-bapak/ uda-uda/ uni-uni yang mengenakan seragam orange bertuliskan senam jantung sehat (Bukan tukang sapu/tukang sampah/tukang bersih-bersih kota. Eh, yang ini seragamnya kuning ya??? Maaph deh).

Ngga mau kalah, W ikutan senam. Baru aja W masuk barisan senam, rambut W ditarik ibu-ibu (versi lebay). Mesti begitu, ibu ini baik banget dan ngga malu berbaur dengan anak-anak muda seperti kami.

Si Ibu yg W maksud
Ya ampuuunnnn. Parahnya, musiknya langsung mati. Beruntung senamnya belom selesai.
Hening sejenak, pemandu diganti, music baru diputar. Buju buset, ternyata music gangnam style. Yihaaaaaaaaaaa,,, W seneng setengah mampus. Bisa jingkrak-jingkrak.
Eeeeeeeeeeeeeeeeee
Duuuaaarrr.!!! Kesenangan W berubah suram, buram, diselimuti bayang-bayang hitam. Ternyata W masuk barisan pemuda berkaos hitam yang tadi pagi W temui dijalan.
Faktanya: Bukan adik W yang sok kenal sok dekat tapi memang, mereka kenal dan dekat.
Mereka adalaaaaaaaaaaaahhhhhh,,,, tengtereng teng teng, jreng jreng jeduaaar jeduaaar,,, B-O-Y-B-A-N-D.!
Kemana W musti lari, KEMANA??????!!!

Take 3: Jalan sehat bersama wargakota
Dengan iklas dan lapang dada W ikutin maunya mereka. Jalan bersama warga kota.
Beruntung bukan hanya W yang terjebak kegilaan mereka.
Karna W baik hati dan tidak sombong, dengan sengaja W menjerumuskan Putri (salah satu junior adik W) dan Monyet (Sohib W) ikut berpartisipasi menikamti kesuraman ini.  Keren.!!!!
Hal-hal yang dilakukan personil Boy band dalam perjalanan:

1.       Membuat kereta api. Saling memegang pundak personil dan menyenyikan lagu naik kereta api yang ntah siapa penciptanya.
2.       Gendong-gendongan selama perjalanan.
Sedia jasa gendong. Bagi yang cape silahkan minta gedong dengan pemuda berkaos hitam ini. Dijamin, cepet masuk surga :D
3.       Megangin celana msing-masing. Sindrom kecurigaan. Phobia orang banyak.
4.       Menciptakan lelucon disepanjang pejalanan.
5.       Selalu berbicara tanpa kata alias menggunakan kalimat.
6.       Jarang diam dan sering mendengarkan.
7.       Apa lagi ya??? Cukup dulu deh. Panek mah.! Udah siang. Sudah saatnya bagi W buat makan, shalat dzuhur dan bobok siang.


Tulisan ini dibuat berdasarkan ingatan dengan kapasitas long term n short term memory yang cukup memadai. Tanpa amnesia retrograde dan unerogade serta dapat pula dikategorikan sebagai bukti autentik kejadian Pagi Minngu, 10 Maret 2013 dengan penambahan dan pengurangan sesuka penulis. Apa bila ada kesamaan nama, tempat, kejadian maupun wajah yang terpampang pada dokumen kami silahkan memaafkan diri sendiri. Semoga penulis selalu bahagia, awet muda, dilindungi dan di Ridhoi Allah.
Terimakasih telah membaca. Akhir ketikan “Wasalam” titik

Rumah, 13.04 WIB
WARA FRIZZY