Senin, 11 Maret 2013

Menunggu

Sepanjang perjalanan hidupku, aku memang senang menunggu. Dan sepertinya, salah satu rutinitas yang dilakukan manusia adalah menunggu. Di dalam menjalankan kehidupan setiap harinya,  pasti disi dengan menunggu. Entah itu menunggu dosen, menunggu datangnya kekasih, menunggu kelahiran seorang anak hingga menunggu kematian datang. Lantas, mengapa banyak orang begitu membenci menunggu? Hampir semua orang menuliskan, mengucapkan, mengekspresikan bahwa mereka tidak suka menunggu. Padahal menunggu itu sangat mengasyikan. Kenapa??? Karna dengan menunggu kita bisa melakukan banyak hal. Mempersiapkan sesuatu dengan sangat matang, menikmati waktu dan hal-hal bermanfaat lain.
Oke, mungkin menunggu yang mereka maksud “dalam konteks lain”. Dalam artian menungggu hal-hal yang disadari. Misalnya, rapat jam 2 kemudian menunggu kehadiran anggota rapat yang datang telat atau menunggu datangnya si Do’i untuk pergi kencan.
Padahal semua yang kita lakukan itu adalah menunggu. Menunggu hasil usaha misalnya atau menunggu untuk pencapaian mimpi-mimpi. Emmmppp,,, memang sulit melihat batasannya. Sayang, tak semua orang menyadarinya. Kenapa mesti marah-marah ketika orang lain datang terlambat. Apakah karna kita telah lama menunggu? Harusnya, kita bisa sedikit bersabar untuk mengatasinya. Bisa saja dia (yang telat) lagi ada urusan di jalan. Waktunya bisa kita gunakan untuk mengerjakan hal-hal lain yang lebih bermanfaat. Atau, jika kita punya urusan lain yang lebih penting, tinggalkan saja. Kan jam yang di tentukan sudah lewat batas janji.
Terlepas dari itu semua, aku menikmati berbagai macam bentuk menunggu. Aku pernah menunggu seseorang dari pagi hingga sore hari. Waktu itu, aku menunggui sepupuku yang sedang melaksanakan kegiatan ESQ. Untungknya, aku bisa berputar-putar dan menikmati keindahan kampusnya. Menikmati jeritan dan teriakan dari luar ruangan. Mensyukuri keindahan alam ciptaan Tuhan.
Sampai sekarangpun, aku sedang menunggu. Menunggu jawaban dari seseorang.
Menunggu itu melatih kesabran.
Hampir semua orang mengidentikan menunggu itu dengan keterlambatan. Kalau seseorang menunggu, pasti harus ada yang telat datangnya, makanya jadi menunggu. Padahal ngga begitu.
Telat. Memang aku kurang menyukai keterlambatan. Mengutip salah satu sindiran dari temanku “Pantas saja karet langka di Indoesia, karna digunakan untuk memproduksi jam katret”. Tetapi aku harus bisa mengambil sisi baiknya.
Mari berfikir, jika hari ini aku mengatakan bahwa aku sedang menunggu untuk sampai di alam akhirat, alam kekekalan, menunggu untuk bisa bertemu Sang Pencipta, menunggu datangnya kematian apakah aku harus menyalahkan Tuhan karna telat mencabut nyawaku? Atau, ketika aku menunggu sebuah pencapaian tertinggi, semua yang aku cita-citakan tercapai, apakah aku harus menyalahkan Tuhan karna telat mengabulkan do’a-do’aku?
Aku rasa banyak yang akan bingung dengan ketikan ini. Yang jelas, nikmati saja prosesnya. Maka kamu akan bahagia ^_^
2 perspektif berdeda.
Sebenarnya apa sih arti kata MENUNGGU?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar