Minggu lalu saya dan rekan-rekan
melaksanakan kemping dalam rangkaian acara Aplikasi Psikologi (Appsi) di Kecamatan
sipisang, sipinang, duo kali sabaleh kanagarian Anduriang Kayu Tanam. Hampir
seluruh masyarakat psikologi yang mengikuti kegiatan ini berpanas-panasan,
termasuk saya.
Karena saya tidak membawa kamera,
saya tidak dapat memamerkan lokasi. Dideskripsi-in aja ya,,, jadi lokasinya itu
dikelilingi oleh bukit barisan, daerahnya berupa lembah berisi sawah-sawah yang
dialiri sungai. Banyak kerbau, kambing, dan bajak.
Sungai yang terdapat dilokasi ini
adalah sungai hidup. Maksudnya, sungai ini digunakan oleh warga sekitar untuk
melakukan aktifitas sehari-hari yang berhubungan dengan air seperti mencuci,
mandi, BAB, BAK, pokoknya hal-hal yang berhubungan dengan perairan. Maklum,
sebagian besar penduduk tidak memiliki kamar mandi dirumah mereka.
Apa hubungannya dengan salah
kamera?
Begini saudara, tiba-tiba kulit
kami berubah menjadi eksotis. Menghitam terbakar terik matahari. Padahal, selama
disana matahari sama sekali tak memperlihatkan bentuknya. Mendung menyelimuti
lokasi, kadang-kadang hujan datang mengunjungi. Tapi, ntah kenapa, cuaca
didaerah itu selalu saja terasa panas. Panasnya membakar kulit, membuat perih.
Bukan, bukan ini maslahnya.
Beberapa hari setelah Appsi, saya
dan member LF mengunjungi kota Payakumbuh. Waktu itu hari selasa, sohib kami
Yori kemalangan. Ibu (Kakak Mama) meninggal. Sebagai bentuk turut berduka dan
rasa belasungkawa, kami bertakziah kerumah Yori.
Dari rumah Yori, kami naik angkot
ke pasar untuk menyicipi soto Che yang katanya sangat enak. Udah lama sih, saya
pengen nyoba.
Payakumbuh sangat panas. Kami
harus berjalan beberapa kilometer untuk bisa sampai dilokasi kuliner.
Iiiiiiiiiii,,,kok ketikannya jadi
panjang gini ya…
Jadi, intinya: selayaknya wanita,
yang narsisnya ketulungan. Kalau Nampak kamera, maunya foto aja. Samapai
bingung mau bergaya seperti apa. Saking banyak jepret, sampe lupa kalau fotonya
udah ribuan. Apalagi kalau liat kaca, diskon belanjaan, produk kosmetik..
Haduuhhhh,,,
Sohib-sohib ini req ke saya minta
fotonya diunggah. Yasudah, saya unggah semampu saya (Cuma 4 foto dari sekian
banyak foto yang tumbuh subur di ponsel saya). Eeeee,,, baru saja selesai
diunggah, muncul di branda, tiba-tiba muncul celotehan “Palak”, “Jujur Bana
Kameranyo”, “Sini Aku Editin”.
Buju buseeeettt,, salahkah kamera
saya yang telah jujur memampangkan dan mengabadikan wajah-wajah yang ada????
Tidak ada komentar:
Posting Komentar