Jumat, 27 September 2013

Laut Asin

Harus di permak habis-habisan. Kalau postan sebelumnya hanya untuk remaja dan dewasa, maka dongeng ini akan saya permak khusus untuk anak-anak. Hehehehehe
Kali ini serius, di ketik dengan percaya diri dan imajinasi tinggi.
Sebelumnya, mari berdo’a dulu. Semoga kejadian sebelumnya “ketikan ngasal nan abal-abal” tidak terulang lagi.
Ini adalah sebuah dogeng, buah karya “Prasuta Hacesthiwara”
Selamat membaca J
***

Disebuah negeri yang kaya sekali, hiduplah Papa Peri dan Ibu Peri serta dua anak mereka Pangeran Ori dan Putri Zizi. Mereka adalah keluarga yang Sakinah dengan hadiah Mawadah Warahmah. Negeri ini sangat kaya, memiliki lautan luas yang airnya sangat lezat. Tidak ada air lain yang dapat menandingi rasanya. Begitu manis dan menyegarkan. Sayang, Papa Peri selaku Raja dan penguasa negeri tidak memperbolehkan sembarang orang untuk meminum air laut ini.
Suatu hari, Pangeran Ori dan Putri Zizi ingin bermain. Sayang seribu kali sayang, hanya ada empat penduduk di negeri yang sangat kaya itu. Selama bertahun-tahun, Pangeran Ori hanya bermain dengan Putri Zizi. Mereka mulai bosan dan meminta kepada Papa Peri untuk mendatangkan beberapa teman.
“Ayahanda, bolehkah Ananda meminta sesuatu?”
“Tentu nanda, apapun yang Ananda minta akan Ayah kabulkan.! Sebutkanlah anakku, Apa yang kau inginkan?”
“Kami ingin punya banyak teman, bisakah engkau kirimkan teman yang banyak ke negeri ini ayah?”
Papa peri terdiam. Mengangguk.
“Em, Ayah tidak bisa menjanjikan itu anakku. Namun, akan segera ayah carikan. Sementara waktu bermainlah bersama Ibu. Ayah akan mencarikan teman”.

Papa Peri berjalan kesana-kemari mengitari seluruh negeri. Tapi apa yang terjadi? tidak ada hasil. Papa Peri tidak menemukan apapun.
Di istana, Ori dan Zizi telah menunggu dengan riang-gembira.
“Ayah.. ayaahhh,, bagaiamana? Apakah Ayahanda sudah menemukan teman untuk kami?” Sambil berlari, Pangeran Ori dan Putri Zizi mendekati Papa Peri yang baru saja memasuki istana.
Dengan wajah kecewa Papa peri menggeleng. “Tidak anakku, maafkan Ayahmu. Ayah tidak menemukan siapapun di negeri kita ini”.
Dengan sabar, Ibu Peri mendekati dan mengelus rambut sang Putri. “Jangan risau anakku. Kita akan segera menemukan teman”
“Benarkah Ibunda”, Mata sang Putri berbinar-binar.
“Tentu Adinda, percaya dan berdo’alah. Kita pasti mendapatkan banyak teman.!” hibur Pangeran Ori.
“Ya Zizi, asal engkau selalu tersenyum, akan ada banyak teman yang datang ke negeri kita ini”, sahut Ibu peri sembari tersenyum manis.

Papa Peri, Ibu Peri, Putri Zizi dan Pangeran Ori akhirnya berdo’a dan terus berdo’a. Sepanjang hari Papa Peri dan Ibu Peri berdo’a agar di datangkan teman. Do’a orang-orang baik tentu akan segera dikabulkan.
Keesokan harinya, istana dipenuhi banyak orang. Orang pertama datang dengan seekor kuda putih bersayap, sangat Indah. Dia datang dari langit, terbang bersama kuda. Orang itu adalah seorang wanita, bertubuh kecil, lucu dan imut dengan gaun putih membentang panjang. Sangat cantik.
Putri Zizi sangat senang. Ia kedatangan banyak teman.
“Hay Tuan Putri, aku Chipa. Aku datang dari langit untuk bermain bersama Putri yang cantik jelita seperti mu” Chipa tersenyum dan menyodorkan jari-jarinya. Tuan Putri menyalaminya.
Dari langit yang sama, muncul pula sesosok makhluk kecil berpakaian serba pink dengan dress kembang hingga mata kaki. Membawa sebuah tongkat cantik dengan hati di ujungnya. Datang dan menyalami Tuan Putri. “Anak yang baik, aku Yonha” Yonha mengusap rambut sang Putri.
Berikutnya, muncul ikan raksasa bersama Ratu air. Ia berwajah cantik, anggun, tinggi semampai, berambut panjang dan di kucir rapi.
“Hay Putri Zizi, sungguh sangat cantik wajahmu. Nice to meet you, Aku Devi, senang bisa menjadi temanmu.” Sang Ratu juga menyalami Putri Zizi dan Pangeran Ori.
Dari hutan di seberang istana, muncul pula dua kesatria. Yang satu menungnag kuda dan yang satunya menunggang unta. Sangat gagah dengan jubah mereka.
Sekarang Putri Zizi dan Pangeran Ori telah memiliki banyak teman. Tak ada yang perlu di khawatirkan. Masing-masing teman membawakan banyak mainan. Ada robot-robotan, boneka, puzzle, rumah-rumahan dan beberapa miniature kerajaan. Mereka bermain dengan gembira.

Suatu hari keika sedang asyik bermain, Moster besar datang. Tubuhnya tinnggi seperi jerapah, badannya beasar seperti gajah. Giginya panjang-panjang, bertaring seperti kucing. Sangat menakutkan. Tubuhnya berbentol seperti kodok. Monstrer ini sangat bau, keringat bercucuran dari tubuhnya yang sangat besar. Monster ini tidak bisa dikalahkan dengan apapun. Baik Chipa maupun Yonha telah berusaha menggunakan sihir yang mereka punya. Sayang usaha mereka sia-sia. Monster itu tetap tidak bisa dikalahkan. Ratu Devi telah meluncurkan semua pasukan airnya. Ikan raksasa, hiyu, big kura-kura dan binatang air lainnya berusaha membantu, membuat pertahanan agar si monster tidak dapat memasuki istana.
Kesatria penunggang unta dan kuda berinisiatif untuk mencarikan seorang tabib. Mereka membuat strategi agar dapat mengelabuhi si monster.
Ibu peri mulai panic, membawa Putri Zizi dan Pangeran Ori bersembunyi. Di bantu big kura-kura, pangeran ori dan putri zizi berlindung di balik cangkang si kura-kura raksasa. Sementara papa ori dan kesatria penungang unta terus melawan raksasa dengan sisa tenaga yang mereka punya. Sedangakan kesatria penungang kuda memacu kudanya dengan sangat cepat untuk menjemput tabib yang akan mengalahkan monster ini. Tak lama kemudian, tabib pun datang bersama kesatria penunggang kuda yang sangat kencang larinya.  Sang tabib tahu, monster ini tidak terkalahkann. Hanya ada satu jalan, yaitu melarutkan moster ke dalam air yang sangat banyak. Tabib melihat laut milik Papa Peri yang konon katanya sangat lezat airnya.
“Lakukan apapun untuk mengalahkan moster ini.!” Perintah Papa Peri  pada sang tabib
“Tapi paduka, hanya ada satu jalan. Kita harus melarutkannya dengan air yang banyak. Hanya ada laut itu paduka raja” Tabib menunjuk laut milik Papa Peri.
“Lakukan saja.! Yang penting monster ini hilang dari negeriku”
“Baik paduka, jika itu yang engkau mau akan hamba laksanakan”.
Komat-kamit mulut tabib membacakan sebuah mantera.
“Burrr ngiliur ngindul, barararararapapapapap tara jreng jreng mureng wereng wereng gendeng.!” Sang tabib mendorong monster kedalam lautan.
Monsterpun terjatuh, dan larut bersama air laut.
Semua penduduk bergembira ria. Serentak mengatakan “Horrreee” atas kekalahan si monster.
“Terimakasih tabib”. Ucap Papa Peri.
Kesatria berkuda kembali mengantarkan tabib ke rumahnya.
Pangeran Ori dan Putri Zizipun kembali bisa bermain dan menikmati keindahan negeri.
“Terimakasih untuk semua, sebagai imbalannya aku akan mengadakan pesta. Seluruh penghuni istana boleh meminum air laut sesukanya. Silahkan.!” Papa Peri menawarkan air yang paling enak di negerinya.
Namun ketika mereka meminum air laut, “Iyaik.!!!”. Alangkah asin air laut ini.

Sejak saat itu, tidak ada lagi penghuni negeri yang meminum air laut. Sejak saat itu juga, air laut berubah menjadi asin rasanya. 

Kamis, 26 September 2013

D-O-N-G-E-N-G

Jangan heran, karna memang ini hanya karangan. Karangan dari sebuah khayalan yang diangkat dari kisah nyata. Kisah yang sangat nyata hingga dianggap sebagai fiktif belaka. Kesamaan nama, tokoh, karakter hingga detail cerita harap dimaklumi saja. Karena memang, saya menyukainya. Menyukai ketikan saya. Hahahahahahaha

Disebuah negeri yang kaya sekali, hiduplah Papa peri dan Ibu peri serta dua anak mereka Pangeran Ori dan Putri Zizi. Mereka adalah sebuah keluarga yang Sakinah dengan hadiah Mawadah Warahmah. Suatu hari, Pangeran Ori dan Putri Zizi ingin bermain. Sayang seribu kali sayang, hanya ada empat penduduk di negeri yang sangat kaya itu. Selama bertahun-tahun, Pangeran Ori hanya bermain dengan Putri Zizi. Mereka mulai bosan dan meminta kepada Papa Peri untuk mendatangkan beberapa teman.
“Ayahanda, bolehkah Ananda meminta sesuatu?”
“Tentu nanda, apapun yang Ananda minta akan Ayah kabulkan.! Sebutkanlah anakku, Apa yang kau inginkan?”
“Kami ingin punya banyak teman, bisakah engkau kirimkan teman yang banyak ke negeri ini ayah?”
Papa peri terdiam. Mengangguk.
“Em, Ayah tidak bisa menjanjikan itu anakku. Namun, akan segera ayah carikan. Sementara waktu bermainlah bersama Ibu dahulu. Ayah akan mencarikan teman”
***

Hay, aku Wara dan aku adalah seorang tentara. Eh, bukan. Manusia maksudnya. Ops, Ya benar. Dalam cerita ini aku akan menjadi seorang teman. Teman yang baik hati, suka berbagi. Oya, satu lagi. Aku Wara dan aku seorang wanita. Bukan pria.! Ingat ya, “Bukan Pria”.! Hahahahahahah *Devil
Hey, Aku Wara dan aku suka makan. Makan banyak hal, memakan berbagai hal. Apapun itu. Yihha.!!!
Woy, Aku Wara.! Aku bukan bunglon tapi aku bisa beradaptasi seperti bunglon.
Aku bukan peniru, tapi aku bisa menirukan berbagai hal.
Aku adalah “Wara” dan aku suka bermimpi.

Ntah dengan apa. Papa peri berhasil mengundang Wara Frizzy, Yonha Yelmiranti, Pak Wink, Rika Guci, Devi Sukra, dan Yogie kedalam dunia tanpa nama. Mungkin itu adalah negeri para dewa.
***

Baik-baik, jangan heran para pembaca. Tulisan ini sengaja dibuat seperti ini. Bagi yang merasa bosan, enggan membaca, silahkan tinggalkan halaman ini. Gerakkan mouse Anda. Klik close tab or other, yang membuat Anda tersingkir dari halaman ini. Atau berdoa, semoga buferingnya lama, halamannya ngga kebuka, atau ada kesalahan saat membaca. Hihihi

Next

Ini bukan cerita dongeng, ini kisah nyata yang akan segera di publish agar dunia bisa membaca. Agar seluruh dunia tau kami punya cerita. Ini cerita kami. Kisah para peri, para raja, para dewa. Eh, Bukan kami. Tapi saya. Menceritakan semua tanpa seizin yang punya. Ini kisah tentang Pak sabun cuci dan Bu sabun mandi.
***

Deskripsi:
Pak sabun cuci   : Supertinggi, berkaca mata, jarang mandi. Eh, maaf. Wangi sekali. *Nyengir
Bu sabun mandi  : Super pendek, bermata dua. *manyun (kehabisan kata)
***

Tempat apa ini? Wara bingung. Memandangi sekitar. Ini adalah sebuah istana megah. Tinggi kokoh. Serasa dimimpi.
“Hey Wara.! Ayo bangun.!” Wara nepuk-nepuk pipinya sendiri.
Ada sebuah meja panjang dengan banyak kursi. Masing-masing tempat duduk telah berisi. Hanya ada satu kursi tinggi yang belum diduduki. Kursi itu bermerk. Ada nama “Wara” pada sandarannya.

“Silahkan duduk Wara.! Itu kursimu, silahkan duduk sesuka mu.!” Seorang laki-laki jangkung tinggi berjubah dan bermahkota menyuruh Wara untuk duduk.

“Terimakasih Om”, Wara yang tidak tahu, memanggil Om pada Papa peri.

“Woke.! Lengkap sudah, selamat datang tamu undangan, mau pesan apa? Ada banyak menu disini, mulai dari MaBel Sor, Jus Koco Sur, hingga menu kangen” Papa peri dengan senag hati menawarkan.

“Menu kangen seporsi Om.!” Sahut pak sabun cuci.

Semua sahut-sahutan hingga pesanan dihidangkan.
Sembari makan, Papa peri menerangkan.

“Saudaraku seklian, tinggallah di Negeri ini dan bermainlah bersama kami.!”
***

Prosesi makan berlangsung hikmat hak hak hak, meskipun pake galak-galak. Wara yang lola lidahnya terpleset hingga menyebut Pak sabun cucu.
Hadddduuuuu,, semua berargumen. Elak-elakan. Wara lola, wara bingung. Ini tempat apa?
Sebut saja “Lucu-lucu galah se lah”.
Meski dalam ketikan ini ngga ada yang lucu, “Galak se lah”.
Meski garing, tetap “Galak se lah”
Yang penting “Galak” se lah.

Bukan, bukan ini inti ceritanya. Ini adalah cerita tak berkesudahan. Cerita ngga jelas ujung pangkalnya. Kisah ini adalah kisah bersama dengan gaya cerita berbeda, dan wara mulai pusing menjelaskannya.
***
Ini kisah bebas, boleh ditambahkan oleh siapapun. Ini ketikan ngasal Wara yang kesekian kali dengan ketidak jelasan dan kegalauan hati.
Sumpah.! Lagi galau banget…. Huuuuuuaaaaaaaaaaaaaa
Hikz… hikz..
Cibi-cibi-cibi, hikz-hikz,-hikz
***
Semua tamu undangan berkenalan, satu persatu menyebut nama berslaman. Bercerita, ngobrol, tersenyum, tertawa.
Oh no, ada yang nakal. Yonha menjambak rambut wara,.

Hey, ada apa?
Jahat bangat sih?!
Wara murka.

Pertengkaran sengitpun terjadi.
Taraaaa,, taraaaa,,,
Ini adalah pertengkaran antara dua wanita sejati.
Yang lain ketakutan, hanya menonton dan diam.

Pertengkaran ini harus segera diselesaikan. Pak Sabun cuci mulai angkat bicara.

“Waraaaaa.. Yonhaaaa… Dengarkan abang mu ini. Jangan bertengkar, kalian dah besar. Dilarang jambak-jambakan. Semoga yang berantem di bottakkan.!”

Yonha tak terima, dia merasa disalahkan.!
“Pak sabun cuci jaek he.! Jaek bana nyo.! Manga bado’an lo urang botak.! Pak Wik (sebutan pak sabun cuci) Jaeeekkk.!”

“Jangan marah Yonha Maya… cup.. cup.. cup..”

“Aku ngambok, ndak sapo-sapo pak sabun cui lae dooo.. hhuuuuuhh”

Kali ini perseteruan terjadi antara Yonha dan Pak sabun cuci. Semua mata tertuju pada mereka.!
Pak sabun cuci   : Alhamdulillah.. Yona ngambok. Berarti saya tidak akjan disapa pak sabun cuci lagi. Assseeeekkkk…

Yonha                   : Heh, jangan seneneng dulu ya.! Tunggu pembalasanku anak ketek.!

Pak sabun cuci akhirnya mengalah, perseteruan ini akan semakin panjang jika tak ada yang mau mengalah.

“Siapa nih yang dikatan yona anak ketek? Aku sudah menjulang kayak gini.. Yonhaaaa.. senyum dunk.!”

“Males senyum nyo.!” Yonha tetap pada pendiriannya. Merasa tidak terima.

Cuuuup.. cuupp.. cup.. Senyum dong Yonhaaa, Jangan gitu laaahhhh.. Nanti kebawa mimpi lhooo.. Hehehehe.
Pak wings memberikan lollipop gembira pada Yonha
Sekarang Yonha sudah baik kembali. Tersenyum dan tertidur hingga esok pagi

_The End_

Jadi kesimpulannya: Senyum itu adalah ibadah dan senyum dapat membuat kita awet muda, Mari menebar senyum saudara-saudara semua.
Wassalam

Note: Bagi yang tidak senang dengan dogeng ini, silahkan complain dengan cara; ketik nama, alamat dan uneg-uneg Anda. Kirimkan pada kolom komentar dibawah ^_^

Ini tulisan paling ngga nyambung yang wara punya. Huuuaaaa.. Selesai sudah, saatnya bertugas... 

Minggu, 22 September 2013

Burung Bodoh II

Ini kisah lanjutan. Lanjutan kisah yang harus segera dituang agar semua tahu betapa bahagianya jadi orang baik, dipercaya banyak orang. Bukan hanya banyak orang, tetapi juga binatang.
Ini kisah sepasang burung, burung bodoh menurutku.
Burung yang membuat aku senang, burung yang membuat ku perhatian, burung yang berhasil mengambil perhatian, burung yang memberi informasi, burung yang membuat ku mengamati.
Kisah ini kisah lanjutan, tentang sepasang burung madu cantik bercorak kuning-hitam.

Kamu tahu, aku tidak pernah tahu bagaimana kelanjutan cerita seekor anak burung madu yang menetas itu. Dua minggu meninggalkan rumah membuatku tak memikirkan hal itu. Membiarkan semuanya berjalan sesuai rencana Tuhan. Tak bertanya, tak ingin tahu.
Minggu ini kepulanganku, aku pulang dengan perasaan rindu. Rindu keluarga, orang tua, adik dan saudara. Suasana rumah selalu membuatku bahagia. Bercengkrama, bercerita, teriak-teriak, menjahili. Tetap tak bertanya, tak ingin tahu. Sampai Ibu memberi tahu.
“Wara, anak burung nya mati. Ibuk penasaran, kok ngga bunyi-bunyi? Waktu di periksa ternyata udah ngga bernyawa, membelakngi lubang. Udah keras dan akhirnya Ibuk buang”.
“Ha?! Iya bu????”
“Iya, mungkin karna ngga dikasih makan induknya.!”
“Lho, kok bisa?”
“Takut kali. Bapak bilang, mungkin karna suara lonceng”

Ya, mungkin benar yang dibilang bapak. Pintu rumah yang merupakan akses menuju ruang tamu dari ruang keluarga memang dipasangkan sebuah figura yang di bawahnya bergantung lonceng. Setiap pintu dibuka, loncengnya pasti akan berbunyi keras sekali. Ditambah lagi rumah yang posisinya berada di pinggir sawah membuat lonceng itu sering bersuara akibat hembusan angin liar pesawahan.
Pintu menuju ruang tamu

Figura

Penampakan sawah disamping rumah, diambil dari jendela ruang tamu

Kasian sekali. Tapi, itu semua tidak membuat pasangan burung madu ini menyerah. Mereka membuat sarang baru untuk menghasilkan keturunan baru. Hey.! Kurasa mereka percaya pada kami. Percaya kalau keluarga ini tak akan menganggu, merusak apalagi menyakiti. Tidak takut-takut. Kali ini mereka telah berani. Meski banyak aktivitas dan suara pukulan karna bapak lagi hobi maku-in kursi. Hehehe


Burung madu membuat sarang baru di pohon yang sama. Kali ini sedikit lebih tinggi dari posisi sebelumnya. Meski diamati, Ibu mendekati, Bapak bikin kursi, si burung tetap beraksi, cocok bagi yang ingin meneliti, melihat langsung proses pengerjaan konstruksi. Terbang, datang, pergi, bolak-balik membawa dedaunan dan bunga-bunga tua untuk membangun rumah mereka.

Good luck dan semangat ya.! Semoga berhasil bangunannya, cocok keadaannya, menetas telur-telurnya, banyak keturunannya, biar rumah jadi rame di penuhi burung-burung cantik nan merdu suaranya. ^_^

Temani Ibuk dan bapak dirumah yaaa... J


Rabu, 18 September 2013

Sepi

Izinkan aku membenci
Biarkan aku jalan sendiri
Meski itu teman sejati
Aku tak akan peduli
Terlalu menyakiti
Perih memang
Dan itu mengukuhkan
Biasa
Terbiasa
Hingga bisa
Hanya ingin sendiri dan menyendiri

Minggu, 15 September 2013

Burung Bodoh

Ini kisah serius, beneran deh. Ngga bohong.
Ini kisah ajaib, terjadi dan benar-benar nyata.
Ntah ini nikmat atau hanya keberuntungan belaka.
Seekor burung, burung bodoh menurutku.
Pernahkah sebelumnya seekor burung membuat sarang didepan pintu rumah manusia?
Haaaaa… serasa di negeri dongeng.
Mungkin ini berkah untuk keluarga kami.
Ya, Burung Bodoh. Burung yang sangat Bodoh menurutku.
Kenapa???
Karna dia membuat sarang tepat di depan pintu rumah ku.
Ya, aku melihat dengan mata kepala sendiri detailnya,.

Sarang Burung Diujung Pohon Cemara


Pagi itu, seperti biasa aku duduk diruag tamu. Ruang  yang sangat menyenangkan bagi ku dan Puja (adik laki-lakiku). Ya, disana kami sering berdiskusi, mengerjakan tugas dan tidur siang. Pagi yang menyengkan, pagi yang menyegarkan. Aku duduk menghadap pintu menikmati udara pagi di kotaku.

Burung-burung bernyanyi, daun-daun bertumbuh, bunga-bunga mekar, awan beriring ditiup angin. Tiba-tiba seekor burung kecil berwarna kuning terbang membawa daun-daun usang nan kering, daun padi sepertinya, mengantungkannya pada ujung cemara yang terletak di depan pintu rumahku. Aku mengamatinya. Selalu begitu.

Sayangnya aku tidak berada dirumah setiap hari. Universitas yang jauh membuatku tak pulang kerumah. Sekali seminggu, pulang jum’at balik minggu. Selalu begitu. Itupun jika tidak ada kegiatan di kampus. Kalau ada? Bisa sekali sebulan.

Minggu pertama, pembuatan sarang. Minggu berikutnya setelah aku pulang, sarang itu telah berisi. Rasa penasaran membuatku memasukan telunjuk untuk mengecek sarang itu. Ada dua buah telur di dalamnya. Tak berniat menganggu. Aku hanya mengamati. Setiap kali mendekati pintu, si burung selalu pergi, menghindar. Hal ini membuatku risau. Takut telur-telur itu tak terselamatkan karna tak dierami induknya.

Minggu selanjutnya, masih penasaran, aku lihat kedalam sarang. Telur-telur itu belum menetas. Ibu ku bilang, posisinya sudah tak seimbang. Sepupuku Yudha mengambil telur-telur itu keluar dari sarang. Untungnya Yudha bukan anak yang nakal. Setelah dinasehati Ibu, Yudha mengembalikan telur-telur itu kesarangnya. Sekarang letak telur-telur itu tak berdekatan.

Minggu ke empat. Aku takut mendekati pintu. Hanya membuka setiap pagi, dan menutupnya disore hari. Hey, keanehan terjadi. Burung itu berani mendekati pintu meski posisiku diruang tamu. Aku mengamati. Setiap hari 2 ekor burung takut-takut mendekai rumah. Mereka bergantian terbang mendekati sarang. Seekor mengamati dan seekor lagi pindah dari satu dahan bunga hias ke dahaan bunga hias yang lain kemudian menggantugkan diri disarangnya. Waw.! Ternayat elur itu telah menetas.

Setelah mereka pergi mencari makan lagi, aku mendekati sarang mendekatkan wajah dan melihat. Hanya ada satu anak burung. Berarti hanya satu telur yang berhasil menetas. Apa karna telur itu diganggu Yudha? Emmp… entah lah.! Terlepas dari itu, aku bersyukur sekali burung itu bisa selamat.
Heran. Ternyata anak burung itu tidak bersuara. Mungkin hal iu juga yang membuat burung-burung itu berani membuat sarang di depan rumah.


Aku selalu senang mengamati, diam mematung ketika burung madu iu datang. Kesenangan tersendiri bisa melihat kejadian seperti ini secara langsung. Apalagi jika ditemani bapak. Ssssstsss,, Pak, diam dulu, matung ya.! Jangan goyang-goyang ntar induknya ngga jadi datang.” Candaku pada Bapak.

Iseng, ketika induk-induk itu pergi aku mendekati sarang. Anak burung kecil itu tak keluar, bersuarapun tidak ketika aku meniup-niup sarangnya hingga bergoyang-goyang. Lucu, lucu sekali. Si anak akan keluar jika sarangnya di pegang. Mungkin persis dan sama halnya ketika si induk mengantung disarang untuk memberi makan. Burung itu keluar, mengeluarkan kepala dari sarang, memanjangkan leher, membuka paruh, mangap-magap seperti ikan. Hehehehehe



Sungguh, burung-burung yang bodoh. Beruntung si burung bersarang dirumah yang  tuan rumahnya baik hati dan berbudi luhur. Hihihihihihi

Minggu ini aku tidak pulang. Berarti aku tidak tahu bagaimana perkembangannya sekarang. Semoga saja anak burung itu bisa tumbuh sebagaimana mestinya. Aaaaammmiiinn..

Sabtu, 14 September 2013

Ucapan Yang Terlihat, Thaks So Much ^_^

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan,.
Ya, perpisahan yang memisahkan, perpisahan yang mendatangkan kerinduan,.

10 Minggu, mengabdi mencari ilmu, berbagi dan menempatkan diri,.
W terpilih, eh bukan,. Memilih maksudnya. Bersama mereka (teman-teman magang w tentunya), memilih "Pengadilan Agama" sebagai tempat buat kami melaksanakan praktek, menggali ilmu sesuka kami,. Hehehehe

Disana, W ketemu orang-rang baru dan mulai bersosialisasi,. Berkenalan dan berbagi,. Seru.!!! Seru sekali.!!!

Simak ya... w bakal bercerita,.
emmpp,, cerita dari mana??? awal datang aja ya :)

Pagi itu bersama Chipa dan Yonha w bersiap untuk magang di hari pertama,. Berjalan dengan sangat riang dan penuh semangat. Deg-degan karna mesti kerumah Dosen dulu buat jemput Beliau untuk bersama ke Pengadilan Agama Bukittinggi mengantar kami.

Hari pertama yang berseri-seri, berseri karna kesalahan dan perkenalan,.

Ini hari pertama, dengan perasaan penuh warna masuk kedalam ruang yang isinya orang-orang berperkara, ngga semua sih. Pagi itu banyak pegawai dan para hakim juga. Maklum, rutinitas apel pagi mengharuskan seluruh staff berbaris rapi.
Meja Reseptionis dan Informasi, Ibu paruh baya menggunakan Blazer khasnya duduk manis dibelakang meja. 
"Permisi Bu, ada Bapak Ketua?" Salah satu teman bertanya
"Bapak Ketua, Siapa?" Si Ibu bermaksud menanyakan nama
Terdiam, terbata, tidak tahu,. Ya, kami tidak ada yang tahu,.
Karna apa??? Karna memang, sebelumnya kami hanya ketemu dengan bapak panitera dan kakak serta abang yang bertugas dilantai satu,.

Kesalahan Pertama: "Mencari orang tanpa tahu Nama" It's a Big Mistake, error.! Hihihih
Jangan tanya respon dosen w,. "Maaf Ya Bu",.
Kami berjanji "Tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi"

Dan bodohnya lagi, di dinding sebelah finger print telah terpampang rapi nama Ketua, Waka, Panitera, Sekertaris, Wapan dan para Panmud,. Gubrak.!!! Tolol banget,.
Zonk berikutnya di pagi yang begitu Indah bagi beberapa orang yang lagi bahagianya di hari itu, Ibu yang kami tanyai ternya Bu Hj. Helmi Yunettri selaku Waka Pengadilan Agama,. Hadu maluuunyaaa -_-"

Itu lah gunanya belajar. Kalau selalu benar, kapan belajarnya coba.!!!

Next, setelah diserahkan Bu Helmi meminta Pak Imam selaku Wapan mengantar kami jalan-jalan berkeliling Pengadilan Agama untuk dikenalkan kepada seluruh Pegawai dan Staff yang ada. Dari lantai dua menuju lantai tiga hingga lantai satu dan kembali ke ruang Wapan.

Kita layaknya anak ayam, siapa yang pertama dilihat itulah yang menjadi Induk,. Meski Pak Imam bukan orang pertama yang kami lihat, tetapi Beliaulah yang berjasa mengenalkan kami kepada seluruh pegawai dan staff yang ada. Sehingga, sepanjang hari hingga akhir magang kami Ruang WAPAN lah yang menjadi Basecamp kami,. Jihahahahahahah...
Maaf telah merepotkan bapak-bapak dan ibu-ibu,

Sebelum lanjut, w bakal ngenalin penghuni ruang wapan dulu,. W ngga bakal kasih liat Foto, kalau pengen tahu, silahkan kunjungi web Pengadilan Agama Bukittinggi di http://pa-bukittinggi.go.id
Bapak Asri Mukhtasar, Beliau adalah orang yang dituakan diruangan kami karena memang beliau lah yang paling tua,. Hehehehe
Next, Ada Bu An yang selalu menasehati kami, Bu Minda yang paling heboh dan easy going, Pak Mul yang selalu berbagi Ilmu dan pengalaman serta bang Fadil yang selalu jarang berada diruangan. Eh, ada yang tinggal. Di ruang ini juga ada Pak Dahlan yang selalu rajin bekerja di kursi tamu ruang Wapan. Yang paling cepat matiin laptop karna ingin segera pulang ke Pariaman nun jauh disana,. Hoho
Karna sifat kekeluargaan yang begitu besar, rasa ingin tahu pun berkembang sebesar kekeluargan kami,. And than munculah Group Kepo Ruang Wapan. Yiha.!!!

Semuanya asyik-asyik,. Kita juga dapat teman magang baru dari AMIK dan AKTAN,. Ada Mega, Tia, Rika, Idev, dan Yogie si Gendut,. Mereka semua Asyik.!!! Ditambah lagi Kak Cuya, pacarnya bang Gerhana yang membuat hari-hari kami di pengadilan semakin seru,. Yippy.!!!
Om i, Pak Wing yang biasa dipanggin "Pak Sabun Cuci" oleh si Yonha,.

Bakal panjang banget ni ketikan W,. Gimana cara memperpendeknya ya???
Di bikin ala kata pengantar aja deh,.
W kasih nama, "Secangkir Ucapan"
Ini cangkir, cangkir ini berisi air hangat manis yang akan membuat hati si penerima berbunga-bunga,.
alay,,,
This is it.!
Thanks so much buat Pak Syahrial Annas (Ketua PA-Bukittinggi) yang telah berbaik hati menerima kami,.
Thaks to Bu Helmi yang telah bersedia menjadi pembimbing kami, berbagi ilmu dan meminjamkan buku pada kami, dan menasehati kami,. Makasi banget Bu... :)
Thanks buat pak Panitera yang bersedia merelakan waktu berharganya untuk menasehati kami dan mendengarkan suara indah W,.
Thaks untuk Om i yang sudah membantu kami dalam banyak hal, mendengarkan curhatan kami yang sering nanyain apa kami sudah mendapatkan apa yang kami inginkan,.
Makasih juga, Buat Pak Sabun cucinya Yona- moga cepet ketemu jodohnya ya ^_^, Bang Ge dan Kak Cuy-Langgeng ya Say ^_^, Kak niki-thanks traktirannya kak.. :) Kak Ayu, kak Dira, dan Semua Warga lantai Dua,.

Mari turun ke Lantai Satu, Makasih Buat Bang Adam, Kak Aida, Kak Ira dan Bang Widi,. Makasi sharing dan ngobrol-ngobrolnya. Bermanfaat sekali diskusi kita,.
Makasi juga buat Pak devi yang lucu, yang selalu riang bahagia setiap hari,. Selamat ya pak, sekarang sudah pindah ke lantai 2 :)
Makasi kak Mila, Kak Tia, Bu Yusni,.

Bundoooooo,,,, makasih.... Bundo ini sebenarya paling berkesan bagi W,. W pengen banget melukin bundo tiap hari,. Sayang, W cuma bisa menyimpan dalam hati,. Menutup rapat sendiri tanpa memberi tahu siapapun,. Hanya bisa tersenyum dan merindu. Bundo itu mirip banget sama Mbah Ndut,. Orang tua angkat bapak W,. Senang, bisa sedikit melepas rindu :*
And all of you para panitera pengganti,.
Eh, ternyata sudah naik kelantai tiga aja,. Plus buat semua hakim khususnya Pak Dasril. Makasih telah berbagi pengalaman pak... :)
Thanks juga buat nasihatnya "Carilah pasangan yang mengerti kita, bukan karna hartanya" :)
Eh iya, thanks juga buat Pak Basa,. Makasih telah sharing ilmu tentang kehidupan, dan orang-orang sufi" dan buat Pak Khairul yang selalu nawarin buat main ke Sungai Tanang :0

Oya, ternyata di Pengadilan Agama Bukittinggi ada banyak warga Solok. Senengnya ketemu orang-orang sekampung,.

Masi ada yang belum kesebut ternyata, Bu Jum, Bu Pik, maksih telah banyak membantu dan memberi informasi pada kami. Dan buat semua masyarakat pengadilan yang ngga bisa kesebut namanya satu persatu, Makasiiii banyak... Kami bahagia bisa menjadi bagian dari Pengadilan Agama Buktiinggi,. Meski cuma sebentar dan mungkin merepotkan bagi ibu-ibu dan bapak-bapak yang ada di Pengadilan,.

Sempat juga sih, waktu itu bikin artikel untuk di kirim ke koran tentang magang diPengadilan, tapi ngga jadi dikirim karna beberapa kendala,. Ntar deh, W posting di Postingan Berikutnya,. :)

Seru banget deh pokoknya,.

Even seru selain disibukkan dengan rutinitas kerja:
> Berbuka dan Nongkrong bareng
> Halal Bihalal
> Shalat Berjemaah dan kultum
> Upacara 17'an dan Ultah MA
> Sarapan Bareng
> Senam yang terlewatkan berganti Pemotretan langka di Jum'at ceria
> Karaoken diruang sidang
> Pimpong di hari-H ketika pamitan

Jika ada yang tertinggal atau terlupakan, silahkan postkan pada kolom komentar,.Hehehehe