Ini kisah
serius, beneran deh. Ngga bohong.
Ini kisah ajaib,
terjadi dan benar-benar nyata.
Ntah ini nikmat
atau hanya keberuntungan belaka.
Seekor burung,
burung bodoh menurutku.
Pernahkah
sebelumnya seekor burung membuat sarang didepan pintu rumah manusia?
Haaaaa… serasa
di negeri dongeng.
Mungkin ini
berkah untuk keluarga kami.
Ya, Burung
Bodoh. Burung yang sangat Bodoh menurutku.
Kenapa???
Karna dia
membuat sarang tepat di depan pintu rumah ku.
Ya, aku melihat
dengan mata kepala sendiri detailnya,.
Sarang Burung Diujung Pohon Cemara |
Pagi itu,
seperti biasa aku duduk diruag tamu. Ruang yang sangat menyenangkan bagi ku dan Puja
(adik laki-lakiku). Ya, disana kami sering berdiskusi, mengerjakan tugas dan
tidur siang. Pagi yang menyengkan, pagi yang menyegarkan. Aku duduk menghadap
pintu menikmati udara pagi di kotaku.
Burung-burung bernyanyi, daun-daun bertumbuh, bunga-bunga mekar, awan beriring ditiup angin. Tiba-tiba seekor burung kecil berwarna kuning terbang membawa daun-daun usang nan kering, daun padi sepertinya, mengantungkannya pada ujung cemara yang terletak di depan pintu rumahku. Aku mengamatinya. Selalu begitu.
Sayangnya aku tidak berada dirumah setiap hari. Universitas yang jauh membuatku tak pulang kerumah. Sekali seminggu, pulang jum’at balik minggu. Selalu begitu. Itupun jika tidak ada kegiatan di kampus. Kalau ada? Bisa sekali sebulan.
Minggu pertama, pembuatan sarang. Minggu berikutnya setelah aku pulang, sarang itu telah berisi. Rasa penasaran membuatku memasukan telunjuk untuk mengecek sarang itu. Ada dua buah telur di dalamnya. Tak berniat menganggu. Aku hanya mengamati. Setiap kali mendekati pintu, si burung selalu pergi, menghindar. Hal ini membuatku risau. Takut telur-telur itu tak terselamatkan karna tak dierami induknya.
Minggu selanjutnya, masih penasaran, aku lihat kedalam sarang. Telur-telur itu belum menetas. Ibu ku bilang, posisinya sudah tak seimbang. Sepupuku Yudha mengambil telur-telur itu keluar dari sarang. Untungnya Yudha bukan anak yang nakal. Setelah dinasehati Ibu, Yudha mengembalikan telur-telur itu kesarangnya. Sekarang letak telur-telur itu tak berdekatan.
Minggu ke empat. Aku takut mendekati pintu. Hanya membuka setiap pagi, dan menutupnya disore hari. Hey, keanehan terjadi. Burung itu berani mendekati pintu meski posisiku diruang tamu. Aku mengamati. Setiap hari 2 ekor burung takut-takut mendekai rumah. Mereka bergantian terbang mendekati sarang. Seekor mengamati dan seekor lagi pindah dari satu dahan bunga hias ke dahaan bunga hias yang lain kemudian menggantugkan diri disarangnya. Waw.! Ternayat elur itu telah menetas.
Setelah mereka pergi mencari makan lagi, aku mendekati sarang mendekatkan wajah dan melihat. Hanya ada satu anak burung. Berarti hanya satu telur yang berhasil menetas. Apa karna telur itu diganggu Yudha? Emmp… entah lah.! Terlepas dari itu, aku bersyukur sekali burung itu bisa selamat.
Heran. Ternyata
anak burung itu tidak bersuara. Mungkin hal iu juga yang membuat burung-burung
itu berani membuat sarang di depan rumah.
Aku selalu
senang mengamati, diam mematung ketika burung madu iu datang. Kesenangan
tersendiri bisa melihat kejadian seperti ini secara langsung. Apalagi jika
ditemani bapak. Ssssstsss,, Pak, diam dulu, matung ya.! Jangan goyang-goyang
ntar induknya ngga jadi datang.” Candaku pada Bapak.
Iseng, ketika induk-induk itu pergi aku mendekati sarang. Anak burung kecil itu tak keluar, bersuarapun tidak ketika aku meniup-niup sarangnya hingga bergoyang-goyang. Lucu, lucu sekali. Si anak akan keluar jika sarangnya di pegang. Mungkin persis dan sama halnya ketika si induk mengantung disarang untuk memberi makan. Burung itu keluar, mengeluarkan kepala dari sarang, memanjangkan leher, membuka paruh, mangap-magap seperti ikan. Hehehehehe
Sungguh,
burung-burung yang bodoh. Beruntung si burung bersarang dirumah yang tuan rumahnya baik hati dan berbudi luhur.
Hihihihihihi
Minggu ini aku
tidak pulang. Berarti aku tidak tahu bagaimana perkembangannya sekarang. Semoga
saja anak burung itu bisa tumbuh sebagaimana mestinya. Aaaaammmiiinn..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar