Minggu, 15 September 2013

Burung Bodoh

Ini kisah serius, beneran deh. Ngga bohong.
Ini kisah ajaib, terjadi dan benar-benar nyata.
Ntah ini nikmat atau hanya keberuntungan belaka.
Seekor burung, burung bodoh menurutku.
Pernahkah sebelumnya seekor burung membuat sarang didepan pintu rumah manusia?
Haaaaa… serasa di negeri dongeng.
Mungkin ini berkah untuk keluarga kami.
Ya, Burung Bodoh. Burung yang sangat Bodoh menurutku.
Kenapa???
Karna dia membuat sarang tepat di depan pintu rumah ku.
Ya, aku melihat dengan mata kepala sendiri detailnya,.

Sarang Burung Diujung Pohon Cemara


Pagi itu, seperti biasa aku duduk diruag tamu. Ruang  yang sangat menyenangkan bagi ku dan Puja (adik laki-lakiku). Ya, disana kami sering berdiskusi, mengerjakan tugas dan tidur siang. Pagi yang menyengkan, pagi yang menyegarkan. Aku duduk menghadap pintu menikmati udara pagi di kotaku.

Burung-burung bernyanyi, daun-daun bertumbuh, bunga-bunga mekar, awan beriring ditiup angin. Tiba-tiba seekor burung kecil berwarna kuning terbang membawa daun-daun usang nan kering, daun padi sepertinya, mengantungkannya pada ujung cemara yang terletak di depan pintu rumahku. Aku mengamatinya. Selalu begitu.

Sayangnya aku tidak berada dirumah setiap hari. Universitas yang jauh membuatku tak pulang kerumah. Sekali seminggu, pulang jum’at balik minggu. Selalu begitu. Itupun jika tidak ada kegiatan di kampus. Kalau ada? Bisa sekali sebulan.

Minggu pertama, pembuatan sarang. Minggu berikutnya setelah aku pulang, sarang itu telah berisi. Rasa penasaran membuatku memasukan telunjuk untuk mengecek sarang itu. Ada dua buah telur di dalamnya. Tak berniat menganggu. Aku hanya mengamati. Setiap kali mendekati pintu, si burung selalu pergi, menghindar. Hal ini membuatku risau. Takut telur-telur itu tak terselamatkan karna tak dierami induknya.

Minggu selanjutnya, masih penasaran, aku lihat kedalam sarang. Telur-telur itu belum menetas. Ibu ku bilang, posisinya sudah tak seimbang. Sepupuku Yudha mengambil telur-telur itu keluar dari sarang. Untungnya Yudha bukan anak yang nakal. Setelah dinasehati Ibu, Yudha mengembalikan telur-telur itu kesarangnya. Sekarang letak telur-telur itu tak berdekatan.

Minggu ke empat. Aku takut mendekati pintu. Hanya membuka setiap pagi, dan menutupnya disore hari. Hey, keanehan terjadi. Burung itu berani mendekati pintu meski posisiku diruang tamu. Aku mengamati. Setiap hari 2 ekor burung takut-takut mendekai rumah. Mereka bergantian terbang mendekati sarang. Seekor mengamati dan seekor lagi pindah dari satu dahan bunga hias ke dahaan bunga hias yang lain kemudian menggantugkan diri disarangnya. Waw.! Ternayat elur itu telah menetas.

Setelah mereka pergi mencari makan lagi, aku mendekati sarang mendekatkan wajah dan melihat. Hanya ada satu anak burung. Berarti hanya satu telur yang berhasil menetas. Apa karna telur itu diganggu Yudha? Emmp… entah lah.! Terlepas dari itu, aku bersyukur sekali burung itu bisa selamat.
Heran. Ternyata anak burung itu tidak bersuara. Mungkin hal iu juga yang membuat burung-burung itu berani membuat sarang di depan rumah.


Aku selalu senang mengamati, diam mematung ketika burung madu iu datang. Kesenangan tersendiri bisa melihat kejadian seperti ini secara langsung. Apalagi jika ditemani bapak. Ssssstsss,, Pak, diam dulu, matung ya.! Jangan goyang-goyang ntar induknya ngga jadi datang.” Candaku pada Bapak.

Iseng, ketika induk-induk itu pergi aku mendekati sarang. Anak burung kecil itu tak keluar, bersuarapun tidak ketika aku meniup-niup sarangnya hingga bergoyang-goyang. Lucu, lucu sekali. Si anak akan keluar jika sarangnya di pegang. Mungkin persis dan sama halnya ketika si induk mengantung disarang untuk memberi makan. Burung itu keluar, mengeluarkan kepala dari sarang, memanjangkan leher, membuka paruh, mangap-magap seperti ikan. Hehehehehe



Sungguh, burung-burung yang bodoh. Beruntung si burung bersarang dirumah yang  tuan rumahnya baik hati dan berbudi luhur. Hihihihihihi

Minggu ini aku tidak pulang. Berarti aku tidak tahu bagaimana perkembangannya sekarang. Semoga saja anak burung itu bisa tumbuh sebagaimana mestinya. Aaaaammmiiinn..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar