Minggu, 22 September 2013

Burung Bodoh II

Ini kisah lanjutan. Lanjutan kisah yang harus segera dituang agar semua tahu betapa bahagianya jadi orang baik, dipercaya banyak orang. Bukan hanya banyak orang, tetapi juga binatang.
Ini kisah sepasang burung, burung bodoh menurutku.
Burung yang membuat aku senang, burung yang membuat ku perhatian, burung yang berhasil mengambil perhatian, burung yang memberi informasi, burung yang membuat ku mengamati.
Kisah ini kisah lanjutan, tentang sepasang burung madu cantik bercorak kuning-hitam.

Kamu tahu, aku tidak pernah tahu bagaimana kelanjutan cerita seekor anak burung madu yang menetas itu. Dua minggu meninggalkan rumah membuatku tak memikirkan hal itu. Membiarkan semuanya berjalan sesuai rencana Tuhan. Tak bertanya, tak ingin tahu.
Minggu ini kepulanganku, aku pulang dengan perasaan rindu. Rindu keluarga, orang tua, adik dan saudara. Suasana rumah selalu membuatku bahagia. Bercengkrama, bercerita, teriak-teriak, menjahili. Tetap tak bertanya, tak ingin tahu. Sampai Ibu memberi tahu.
“Wara, anak burung nya mati. Ibuk penasaran, kok ngga bunyi-bunyi? Waktu di periksa ternyata udah ngga bernyawa, membelakngi lubang. Udah keras dan akhirnya Ibuk buang”.
“Ha?! Iya bu????”
“Iya, mungkin karna ngga dikasih makan induknya.!”
“Lho, kok bisa?”
“Takut kali. Bapak bilang, mungkin karna suara lonceng”

Ya, mungkin benar yang dibilang bapak. Pintu rumah yang merupakan akses menuju ruang tamu dari ruang keluarga memang dipasangkan sebuah figura yang di bawahnya bergantung lonceng. Setiap pintu dibuka, loncengnya pasti akan berbunyi keras sekali. Ditambah lagi rumah yang posisinya berada di pinggir sawah membuat lonceng itu sering bersuara akibat hembusan angin liar pesawahan.
Pintu menuju ruang tamu

Figura

Penampakan sawah disamping rumah, diambil dari jendela ruang tamu

Kasian sekali. Tapi, itu semua tidak membuat pasangan burung madu ini menyerah. Mereka membuat sarang baru untuk menghasilkan keturunan baru. Hey.! Kurasa mereka percaya pada kami. Percaya kalau keluarga ini tak akan menganggu, merusak apalagi menyakiti. Tidak takut-takut. Kali ini mereka telah berani. Meski banyak aktivitas dan suara pukulan karna bapak lagi hobi maku-in kursi. Hehehe


Burung madu membuat sarang baru di pohon yang sama. Kali ini sedikit lebih tinggi dari posisi sebelumnya. Meski diamati, Ibu mendekati, Bapak bikin kursi, si burung tetap beraksi, cocok bagi yang ingin meneliti, melihat langsung proses pengerjaan konstruksi. Terbang, datang, pergi, bolak-balik membawa dedaunan dan bunga-bunga tua untuk membangun rumah mereka.

Good luck dan semangat ya.! Semoga berhasil bangunannya, cocok keadaannya, menetas telur-telurnya, banyak keturunannya, biar rumah jadi rame di penuhi burung-burung cantik nan merdu suaranya. ^_^

Temani Ibuk dan bapak dirumah yaaa... J


Tidak ada komentar:

Posting Komentar