Jumat, 27 September 2013

Laut Asin

Harus di permak habis-habisan. Kalau postan sebelumnya hanya untuk remaja dan dewasa, maka dongeng ini akan saya permak khusus untuk anak-anak. Hehehehehe
Kali ini serius, di ketik dengan percaya diri dan imajinasi tinggi.
Sebelumnya, mari berdo’a dulu. Semoga kejadian sebelumnya “ketikan ngasal nan abal-abal” tidak terulang lagi.
Ini adalah sebuah dogeng, buah karya “Prasuta Hacesthiwara”
Selamat membaca J
***

Disebuah negeri yang kaya sekali, hiduplah Papa Peri dan Ibu Peri serta dua anak mereka Pangeran Ori dan Putri Zizi. Mereka adalah keluarga yang Sakinah dengan hadiah Mawadah Warahmah. Negeri ini sangat kaya, memiliki lautan luas yang airnya sangat lezat. Tidak ada air lain yang dapat menandingi rasanya. Begitu manis dan menyegarkan. Sayang, Papa Peri selaku Raja dan penguasa negeri tidak memperbolehkan sembarang orang untuk meminum air laut ini.
Suatu hari, Pangeran Ori dan Putri Zizi ingin bermain. Sayang seribu kali sayang, hanya ada empat penduduk di negeri yang sangat kaya itu. Selama bertahun-tahun, Pangeran Ori hanya bermain dengan Putri Zizi. Mereka mulai bosan dan meminta kepada Papa Peri untuk mendatangkan beberapa teman.
“Ayahanda, bolehkah Ananda meminta sesuatu?”
“Tentu nanda, apapun yang Ananda minta akan Ayah kabulkan.! Sebutkanlah anakku, Apa yang kau inginkan?”
“Kami ingin punya banyak teman, bisakah engkau kirimkan teman yang banyak ke negeri ini ayah?”
Papa peri terdiam. Mengangguk.
“Em, Ayah tidak bisa menjanjikan itu anakku. Namun, akan segera ayah carikan. Sementara waktu bermainlah bersama Ibu. Ayah akan mencarikan teman”.

Papa Peri berjalan kesana-kemari mengitari seluruh negeri. Tapi apa yang terjadi? tidak ada hasil. Papa Peri tidak menemukan apapun.
Di istana, Ori dan Zizi telah menunggu dengan riang-gembira.
“Ayah.. ayaahhh,, bagaiamana? Apakah Ayahanda sudah menemukan teman untuk kami?” Sambil berlari, Pangeran Ori dan Putri Zizi mendekati Papa Peri yang baru saja memasuki istana.
Dengan wajah kecewa Papa peri menggeleng. “Tidak anakku, maafkan Ayahmu. Ayah tidak menemukan siapapun di negeri kita ini”.
Dengan sabar, Ibu Peri mendekati dan mengelus rambut sang Putri. “Jangan risau anakku. Kita akan segera menemukan teman”
“Benarkah Ibunda”, Mata sang Putri berbinar-binar.
“Tentu Adinda, percaya dan berdo’alah. Kita pasti mendapatkan banyak teman.!” hibur Pangeran Ori.
“Ya Zizi, asal engkau selalu tersenyum, akan ada banyak teman yang datang ke negeri kita ini”, sahut Ibu peri sembari tersenyum manis.

Papa Peri, Ibu Peri, Putri Zizi dan Pangeran Ori akhirnya berdo’a dan terus berdo’a. Sepanjang hari Papa Peri dan Ibu Peri berdo’a agar di datangkan teman. Do’a orang-orang baik tentu akan segera dikabulkan.
Keesokan harinya, istana dipenuhi banyak orang. Orang pertama datang dengan seekor kuda putih bersayap, sangat Indah. Dia datang dari langit, terbang bersama kuda. Orang itu adalah seorang wanita, bertubuh kecil, lucu dan imut dengan gaun putih membentang panjang. Sangat cantik.
Putri Zizi sangat senang. Ia kedatangan banyak teman.
“Hay Tuan Putri, aku Chipa. Aku datang dari langit untuk bermain bersama Putri yang cantik jelita seperti mu” Chipa tersenyum dan menyodorkan jari-jarinya. Tuan Putri menyalaminya.
Dari langit yang sama, muncul pula sesosok makhluk kecil berpakaian serba pink dengan dress kembang hingga mata kaki. Membawa sebuah tongkat cantik dengan hati di ujungnya. Datang dan menyalami Tuan Putri. “Anak yang baik, aku Yonha” Yonha mengusap rambut sang Putri.
Berikutnya, muncul ikan raksasa bersama Ratu air. Ia berwajah cantik, anggun, tinggi semampai, berambut panjang dan di kucir rapi.
“Hay Putri Zizi, sungguh sangat cantik wajahmu. Nice to meet you, Aku Devi, senang bisa menjadi temanmu.” Sang Ratu juga menyalami Putri Zizi dan Pangeran Ori.
Dari hutan di seberang istana, muncul pula dua kesatria. Yang satu menungnag kuda dan yang satunya menunggang unta. Sangat gagah dengan jubah mereka.
Sekarang Putri Zizi dan Pangeran Ori telah memiliki banyak teman. Tak ada yang perlu di khawatirkan. Masing-masing teman membawakan banyak mainan. Ada robot-robotan, boneka, puzzle, rumah-rumahan dan beberapa miniature kerajaan. Mereka bermain dengan gembira.

Suatu hari keika sedang asyik bermain, Moster besar datang. Tubuhnya tinnggi seperi jerapah, badannya beasar seperti gajah. Giginya panjang-panjang, bertaring seperti kucing. Sangat menakutkan. Tubuhnya berbentol seperti kodok. Monstrer ini sangat bau, keringat bercucuran dari tubuhnya yang sangat besar. Monster ini tidak bisa dikalahkan dengan apapun. Baik Chipa maupun Yonha telah berusaha menggunakan sihir yang mereka punya. Sayang usaha mereka sia-sia. Monster itu tetap tidak bisa dikalahkan. Ratu Devi telah meluncurkan semua pasukan airnya. Ikan raksasa, hiyu, big kura-kura dan binatang air lainnya berusaha membantu, membuat pertahanan agar si monster tidak dapat memasuki istana.
Kesatria penunggang unta dan kuda berinisiatif untuk mencarikan seorang tabib. Mereka membuat strategi agar dapat mengelabuhi si monster.
Ibu peri mulai panic, membawa Putri Zizi dan Pangeran Ori bersembunyi. Di bantu big kura-kura, pangeran ori dan putri zizi berlindung di balik cangkang si kura-kura raksasa. Sementara papa ori dan kesatria penungang unta terus melawan raksasa dengan sisa tenaga yang mereka punya. Sedangakan kesatria penungang kuda memacu kudanya dengan sangat cepat untuk menjemput tabib yang akan mengalahkan monster ini. Tak lama kemudian, tabib pun datang bersama kesatria penunggang kuda yang sangat kencang larinya.  Sang tabib tahu, monster ini tidak terkalahkann. Hanya ada satu jalan, yaitu melarutkan moster ke dalam air yang sangat banyak. Tabib melihat laut milik Papa Peri yang konon katanya sangat lezat airnya.
“Lakukan apapun untuk mengalahkan moster ini.!” Perintah Papa Peri  pada sang tabib
“Tapi paduka, hanya ada satu jalan. Kita harus melarutkannya dengan air yang banyak. Hanya ada laut itu paduka raja” Tabib menunjuk laut milik Papa Peri.
“Lakukan saja.! Yang penting monster ini hilang dari negeriku”
“Baik paduka, jika itu yang engkau mau akan hamba laksanakan”.
Komat-kamit mulut tabib membacakan sebuah mantera.
“Burrr ngiliur ngindul, barararararapapapapap tara jreng jreng mureng wereng wereng gendeng.!” Sang tabib mendorong monster kedalam lautan.
Monsterpun terjatuh, dan larut bersama air laut.
Semua penduduk bergembira ria. Serentak mengatakan “Horrreee” atas kekalahan si monster.
“Terimakasih tabib”. Ucap Papa Peri.
Kesatria berkuda kembali mengantarkan tabib ke rumahnya.
Pangeran Ori dan Putri Zizipun kembali bisa bermain dan menikmati keindahan negeri.
“Terimakasih untuk semua, sebagai imbalannya aku akan mengadakan pesta. Seluruh penghuni istana boleh meminum air laut sesukanya. Silahkan.!” Papa Peri menawarkan air yang paling enak di negerinya.
Namun ketika mereka meminum air laut, “Iyaik.!!!”. Alangkah asin air laut ini.

Sejak saat itu, tidak ada lagi penghuni negeri yang meminum air laut. Sejak saat itu juga, air laut berubah menjadi asin rasanya. 

1 komentar:

  1. Wuaaaaaaah...membacanya bikin terpukau...dalam sekejap bisa langsung disambung aja dongennya..Tp ada pertanyaan neh kayaknya yang bs bikin dongeng ini bersambung...siapakah 2 laki2 penunggang kuda dan penunggang unta, dan siapakah nama perempuan cantik yang datang dari hutan? dan siapakah monster itu, dan dari mana asalnya????Tunggu sambungan dongeng ini.>>>>>>hehehe

    BalasHapus