Harus di permak
habis-habisan. Kalau postan sebelumnya hanya untuk remaja dan dewasa, maka
dongeng ini akan saya permak khusus untuk anak-anak. Hehehehehe
Kali ini serius,
di ketik dengan percaya diri dan imajinasi tinggi.
Sebelumnya, mari
berdo’a dulu. Semoga kejadian sebelumnya “ketikan ngasal nan abal-abal” tidak
terulang lagi.
Ini adalah
sebuah dogeng, buah karya “Prasuta Hacesthiwara”
Selamat membaca J
***
Disebuah negeri
yang kaya sekali, hiduplah Papa Peri dan Ibu Peri serta dua anak mereka Pangeran
Ori dan Putri Zizi. Mereka adalah keluarga yang Sakinah dengan hadiah Mawadah
Warahmah. Negeri ini sangat kaya, memiliki lautan luas yang airnya sangat
lezat. Tidak ada air lain yang dapat menandingi rasanya. Begitu manis dan
menyegarkan. Sayang, Papa Peri selaku Raja dan penguasa negeri tidak memperbolehkan
sembarang orang untuk meminum air laut ini.
Suatu hari, Pangeran Ori dan Putri Zizi ingin
bermain. Sayang seribu kali sayang, hanya ada empat penduduk di negeri yang
sangat kaya itu. Selama bertahun-tahun, Pangeran Ori hanya bermain dengan Putri
Zizi. Mereka mulai bosan dan meminta kepada Papa Peri untuk mendatangkan
beberapa teman.
“Ayahanda,
bolehkah Ananda meminta sesuatu?”
“Tentu nanda,
apapun yang Ananda minta akan Ayah kabulkan.! Sebutkanlah anakku, Apa yang kau
inginkan?”
“Kami ingin
punya banyak teman, bisakah engkau kirimkan teman yang banyak ke negeri ini
ayah?”
Papa peri
terdiam. Mengangguk.
“Em, Ayah tidak
bisa menjanjikan itu anakku. Namun, akan segera ayah carikan. Sementara waktu
bermainlah bersama Ibu. Ayah akan mencarikan teman”.
Papa Peri
berjalan kesana-kemari mengitari seluruh negeri. Tapi apa yang terjadi? tidak
ada hasil. Papa Peri tidak menemukan apapun.
Di istana, Ori
dan Zizi telah menunggu dengan riang-gembira.
“Ayah.. ayaahhh,,
bagaiamana? Apakah Ayahanda sudah menemukan teman untuk kami?” Sambil berlari, Pangeran
Ori dan Putri Zizi mendekati Papa Peri yang baru saja memasuki istana.
Dengan wajah
kecewa Papa peri menggeleng. “Tidak anakku, maafkan Ayahmu. Ayah tidak menemukan
siapapun di negeri kita ini”.
Dengan sabar,
Ibu Peri mendekati dan mengelus rambut sang Putri. “Jangan risau anakku. Kita
akan segera menemukan teman”
“Benarkah
Ibunda”, Mata sang Putri berbinar-binar.
“Tentu Adinda,
percaya dan berdo’alah. Kita pasti mendapatkan banyak teman.!” hibur Pangeran Ori.
“Ya Zizi, asal
engkau selalu tersenyum, akan ada banyak teman yang datang ke negeri kita ini”,
sahut Ibu peri sembari tersenyum manis.
Papa Peri, Ibu
Peri, Putri Zizi dan Pangeran Ori akhirnya berdo’a dan terus berdo’a. Sepanjang
hari Papa Peri dan Ibu Peri berdo’a agar di datangkan teman. Do’a orang-orang
baik tentu akan segera dikabulkan.
Keesokan
harinya, istana dipenuhi banyak orang. Orang pertama datang dengan seekor kuda
putih bersayap, sangat Indah. Dia datang dari langit, terbang bersama kuda.
Orang itu adalah seorang wanita, bertubuh kecil, lucu dan imut dengan gaun
putih membentang panjang. Sangat cantik.
Putri Zizi
sangat senang. Ia kedatangan banyak teman.
“Hay Tuan Putri,
aku Chipa. Aku datang dari langit untuk bermain bersama Putri yang cantik
jelita seperti mu” Chipa tersenyum dan menyodorkan jari-jarinya. Tuan Putri
menyalaminya.
Dari langit yang
sama, muncul pula sesosok makhluk kecil berpakaian serba pink dengan dress
kembang hingga mata kaki. Membawa sebuah tongkat cantik dengan hati di
ujungnya. Datang dan menyalami Tuan Putri. “Anak yang baik, aku Yonha” Yonha
mengusap rambut sang Putri.
Berikutnya,
muncul ikan raksasa bersama Ratu air. Ia berwajah cantik, anggun, tinggi
semampai, berambut panjang dan di kucir rapi.
“Hay Putri Zizi,
sungguh sangat cantik wajahmu. Nice to meet you, Aku Devi, senang bisa menjadi
temanmu.” Sang Ratu juga menyalami Putri Zizi dan Pangeran Ori.
Dari hutan di
seberang istana, muncul pula dua kesatria. Yang satu menungnag kuda dan yang
satunya menunggang unta. Sangat gagah dengan jubah mereka.
Sekarang Putri
Zizi dan Pangeran Ori telah memiliki banyak teman. Tak ada yang perlu di
khawatirkan. Masing-masing teman membawakan banyak mainan. Ada robot-robotan,
boneka, puzzle, rumah-rumahan dan beberapa miniature kerajaan. Mereka bermain
dengan gembira.
Suatu hari keika
sedang asyik bermain, Moster besar datang. Tubuhnya tinnggi seperi jerapah,
badannya beasar seperti gajah. Giginya panjang-panjang, bertaring seperti
kucing. Sangat menakutkan. Tubuhnya berbentol seperti kodok. Monstrer ini
sangat bau, keringat bercucuran dari tubuhnya yang sangat besar. Monster ini
tidak bisa dikalahkan dengan apapun. Baik Chipa maupun Yonha telah berusaha
menggunakan sihir yang mereka punya. Sayang usaha mereka sia-sia. Monster itu
tetap tidak bisa dikalahkan. Ratu Devi telah meluncurkan semua pasukan airnya.
Ikan raksasa, hiyu, big kura-kura dan binatang air lainnya berusaha membantu,
membuat pertahanan agar si monster tidak dapat memasuki istana.
Kesatria
penunggang unta dan kuda berinisiatif untuk mencarikan seorang tabib. Mereka
membuat strategi agar dapat mengelabuhi si monster.
Ibu peri mulai
panic, membawa Putri Zizi dan Pangeran Ori bersembunyi. Di bantu big kura-kura,
pangeran ori dan putri zizi berlindung di balik cangkang si kura-kura raksasa.
Sementara papa ori dan kesatria penungang unta terus melawan raksasa dengan
sisa tenaga yang mereka punya. Sedangakan kesatria penungang kuda memacu
kudanya dengan sangat cepat untuk menjemput tabib yang akan mengalahkan monster
ini. Tak lama kemudian, tabib pun datang bersama kesatria penunggang kuda yang
sangat kencang larinya. Sang tabib tahu,
monster ini tidak terkalahkann. Hanya ada satu jalan, yaitu melarutkan moster
ke dalam air yang sangat banyak. Tabib melihat laut milik Papa Peri yang konon
katanya sangat lezat airnya.
“Lakukan apapun
untuk mengalahkan moster ini.!” Perintah Papa Peri pada sang tabib
“Tapi paduka,
hanya ada satu jalan. Kita harus melarutkannya dengan air yang banyak. Hanya
ada laut itu paduka raja” Tabib menunjuk laut milik Papa Peri.
“Lakukan saja.!
Yang penting monster ini hilang dari negeriku”
“Baik paduka,
jika itu yang engkau mau akan hamba laksanakan”.
Komat-kamit
mulut tabib membacakan sebuah mantera.
“Burrr ngiliur
ngindul, barararararapapapapap tara jreng jreng mureng wereng wereng gendeng.!”
Sang tabib mendorong monster kedalam lautan.
Monsterpun
terjatuh, dan larut bersama air laut.
Semua penduduk
bergembira ria. Serentak mengatakan “Horrreee” atas kekalahan si monster.
“Terimakasih
tabib”. Ucap Papa Peri.
Kesatria berkuda
kembali mengantarkan tabib ke rumahnya.
Pangeran Ori dan
Putri Zizipun kembali bisa bermain dan menikmati keindahan negeri.
“Terimakasih
untuk semua, sebagai imbalannya aku akan mengadakan pesta. Seluruh penghuni
istana boleh meminum air laut sesukanya. Silahkan.!” Papa Peri menawarkan air
yang paling enak di negerinya.
Namun ketika
mereka meminum air laut, “Iyaik.!!!”.
Alangkah asin air laut ini.
Sejak saat itu,
tidak ada lagi penghuni negeri yang meminum air laut. Sejak saat itu juga, air
laut berubah menjadi asin rasanya.
Wuaaaaaaah...membacanya bikin terpukau...dalam sekejap bisa langsung disambung aja dongennya..Tp ada pertanyaan neh kayaknya yang bs bikin dongeng ini bersambung...siapakah 2 laki2 penunggang kuda dan penunggang unta, dan siapakah nama perempuan cantik yang datang dari hutan? dan siapakah monster itu, dan dari mana asalnya????Tunggu sambungan dongeng ini.>>>>>>hehehe
BalasHapus