Rabu, 31 Oktober 2012

Mengingat


Nyesel juga ngga dari awal nulis. Tapi ngga papa, setidaknya W ngga telat buat nulis. Ada banyak even yang terlupa. Ngga nyangka, waktu begitu cepat berlalu. Sekarang W sudah dewasa. Memasuki tahapan perkembangan usia dewasa awal cukup menyenagkan bagi W. Ditemani teman-teman dan pengalaman-pengalaman yang begitu menakjunkan. :)

"Flash Back"
Disini W cuma pengen mengingat.

:: Pertama, W pengen mengingat masa-masa sekolah. Awal sekolah, W jadi anak bawang di SD N 19 Sawah Piai (Maklum, mbah Putri Kepala Sekolah disana-dan W baru tahu kalau ternyata mbah putri adalah kepala sekolah pertama di SD N 19 Sawah Piai). Ngomong-ngomong soal mbah, W bangga dan sayang banget sama Mbah Putri. Mbah itu adalah orang yang hebat, terkenal dan disegani dizamanya, Heheheh. Mbah ahli dibidang Matematika. Sayang, W ngga bisa ngelanjutin dan gantiin Mbah sebagai guru matematika. Tapi W seneng bisa keterima di Psikologi. Ada hikmah dibalik semuanya. W seneng disini (Psikologi UNP-Bukittinggi). W dapat teman-teman dan kakak-kakak yang care banget sama W. W seneeeeennngggggg banget. Oke, balik lagi ke riwayat sekolah W. Setelah berhasil jadi anak bawang, W lanjut ke TK Kartika 160 yang notabenenya deket rumah. So, bisa pulang jalan kaki dijemput family. hahahahaha. Setelah menamatnya pendidikan di taman kanak-kanak, W kembali lagi ke SD N 19 Sawah Piai sebagai murid nyata, murid yang sesungguhnya :D. Naik kelas 3 SD, W pindah ke SD N 05 Kp. Jawa (Pusat Kota)-SMP N 1 Kota Solok-SMA N 1 Kota Solok-Prodi Psikologi Jurusan BK Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang yang sebentar lagi akan menjadi Fakultas Psikologi Universitas Negeri Padang (W salah satu Dosenya :) :) :) )

:: Dari kecil itu, W sudah temanan sama Fifi (Fitria Handayani)-Sebelum TK malah dan Chintya Hakitorosy (sepupu W-kita beda 6 bulan dan W yang paling tua). Walaupun kita beda SD, tapi kita satu tempat mengaji (Sekolah Agama alias Madrasah) dan dekat tempat tinggal. Semasa kecil, hari-hari W habiskan di VI Suku. Kenapa...? Ada penjelasan panjang disini, dan W ngga bakal bisa mendeskripsikannya. Agak lama... diburu waktu nih. hhe. Pertama, karena VI suku itu komplek keluarga (isinya family W semua). Kedua, rumah W yang di Sawah Piai itu sepi banget, tetangga aja ngga punya. Sekarang mah sudah rame, sawah-sawah aja banyak ditumbuhi rumah-rumah- nah, karna sepi itulah Ibu sering main di VI Suku. Lagian keluarga Ibu kan di VI suku semua. Walaupun kecilnya W sering berantem sama dek Tya tapi Alhamdulillah setelah dewasa kita akur-akur aja. Mudah-mudahan bertahan samapi tua.. Ammmiiiinnnnn ^_^

::Setamat SD, Wara Tya Fifi belajar bareng. Karna, untuk masuk SMP N 1 Kota Solok, kami mesti melewati seleksi dulu. Alhamdulillah, kita bertiga diterima. Dulu kita dibagi per peringkat hasil seleksi. Kelas VIIA untuk anak-anak luar kota, VII B peringkat 41-80, VII C peringkat 81-120. W n Tya dapat sekelas, kita masuk ke kelas VIIC. Tapi W lupa Fifi masuk ke kelas yang mana. Kalau ngga salah sih VIIF. Dan Alhamdulillah juga kita termasuk anak yang cerdas dan pintar semasa sekolah. 10 besar selalu ditangan (hha... nyombong dikit). Dimasa SMP inilah perteman W mulai renggang. Sejak Fifi pindah ke Sumani dan kita ngga sekelas, hubungan kita mulai jauh. Kita mulai sibuk masing-masing. Wpun dapat sohib baru di SMP. Walaupun beda kelas kita tetap satu. Mereka adalah W (jelas dong), dek Tya (Sepupu W, Chintya Hakitorosy), Ira (Rahmira Fadri), Avi (Wefni Azlen), Yola (Yola Dwi Malinda), Roza (Roza Dewita), Diza (Lailatul Hadiza), Reni, Lucy (Lucy Rahma Dewita), Lian (Apriliana) dan Seli (Seli Erwinda). Samapi sekarang, sebagian dari kita like ira, yola, avi, tya masih tetap reunian, tapi susah banget buat ngumpulnya. Ngga tau kenapa.. Mungkin pada sibuk kali ya.. Nyari waktunya susaaaahhhhh bangeeeetttt. Yang jelas, kita juga mulai rengang. Kalau ngumpul yang bisa datang cuma W, dek Tya, Ira, Avi, Yola, Seli dan Lucy sekali-sekali.

:: Memasuki SMA, W ditempatkan di X8 yang notabennya dicab sebagai kelas nakal, tapi nilainya hampir sebanding dengan kelas unggul RSBI. Meskipun berkelompok-kelompok, tapi kita tetap kompak. Dikelas X, W punya soulmate Fifi (Fitria Handayani-Kita dipertemukan kembali di kelas ini) dan Winda (Winda Febri Astria). Yang namanya teman, ngga pernah hilang. Dan tentu sampai sekarang pun kita masih temanan. Sayangnya jauhhhhhh bangat. Pengaruh jarak, waktu dan aktivitas yang menyibukkan nih... :)
Kelas XI IA2, W bareng Ira lagiiiii :)
Di Kelas XII IA 2, ada dedek (Willa Rivoni yang ternyata masih ada hubungan saudara sama W), Evi (Evi Adhelina), Amel (Amelia Syofyan-Si Monyet) dan Monic (Monica Theresia-Si Monter). Kita kasih nama "Elipsoida" (Kelompok MAtematika dari ibu fauzieti). Seperti yang telah W postingkan sebelumnya http://warafrizzy.blogspot.com/2012/07/elipsoida.html. Oya, si Amel itu teman special W. Sebenarnya kita itu sudah deket dari SD, sayangnya ngga ke ekspouse (hha hha hha)

:: Sekarang di Psikologi UNP, W punya Little Family and Q'mibayotiinoby
http://warafrizzy.blogspot.com/2012/07/my-little-family-lf.html  http://warafrizzy.blogspot.com/2012/07/qmibayotiinoby.html

Konsisten

Banyak hari yang terlewat tanpa menulis lagi. Ngga tau sejak kapan, aku mulai jarang menulis. Padahal sudah ditekatkan. Terbukti sudah, ternyata untuk bisa konsisten itu teramat sangat sulit :(

Selasa, 30 Oktober 2012

Salahkah


Aku hanya mendengar
Celotehan, carut-marut, hardikan
Emmppp…
Memang,,,
Tak ada yang bisa disalahkan
Telingaku tak punya penjaga
Telingaku tak memiliki filter
Salahkah aku yang tak sengaja mendengar?
Salahkah aku yang tak berbuat apa-apa?
Hanya diam mematung dalam
Atau Lewat tak mepedulikan

Selasa, 09 Oktober 2012

FE


Usianya hampir 20 Tahun. Tepat ditanggal 27 Oktober nanti. Wanita yang biasa berkerudung ini, memiliki rambut kriting berbentuk per, bulu mata lentik, dan sebuah tahi lalat yang bertenger di bagian bawah mata sebelah kanannya. Badannya terbilang cukup berisi, memiliki berat kira-kira 50 kg dan tinggi 150cm. “Fadilah” itu lah namanya, lengkapnya “Fadilah Efendri”. Dia memiliki banyak nama panggilan, mulai dari yang biasa aja, wajar terdengar hingga yang aneh dan menggelitik. Dilingkungan sekolahnya dulu ia sering dipanggil “IYA”. Dilingkungan rumah biasa di panggil “FADIL”. Dikampus, di panggil “FADILAH”. Ada juga yang memanggil “AMAK”, “AUTIS”, “CUEN” alias Cucu Einsten dan “MPUANG”.
Dikeseharian, ia termasuk orang yang periang, heboh, dan suka mengeluarkan suara melengking yang memekakkan telingga. Hatinya mudah tersentuh terbawa arus haru. Memiliki teman banyak, suka berkelompok dan konformitas tinggi. Sensitive dan penyayang. Sosok sahabat sejati.

Geleng-geleng


Kenapa sih, harus ada cercaan, tertawaan dan cemoohan ketika hendak memberikan hal terbaik untuk diri kita??? Hal apapun. Ketika kita melakukan sesuatu seperfect mungkin, orang-oranh malah menertawai, menganggap terlalu lebay. Apa sih batasan lebay yang sebenarnya???
Aku berjalan sesuai petunjuk dan prosesnya. Tapi kenapa???
Emmmpp,,, ntah lah. Pemikiran orang itu berbeda.

Ruang Makan


Dengan tidak sengaja aku tergabung ke dalam Ruangan ini. “Sri Asrianty”, dialah orang yang punya andil besar hingga aku terseret masuk kedalam. Aku bingung awalnya, tak tahu ini ruangan apa, tak tau ini perkumpulan apa.
Kak Jee, Intan, Maya dan Ii ngobrol mengenai  menulis, ketikan, buku-bahan bacaan dan masalah-masalah pribadi mereka-apapun itu mereka bicarakan.
Aku terdiam, hanya memperhatikan, berusaha beradaptasi dan akhirnya kaget ketika Kak Jee memintaku untuk bicara. Aku bingung, sangat bingung. “Mereka lagi membicarakan apa ya?”. Fikirku dalam hati. “Haduh,,, mesti ngomong apa aku?”.
Beruntung aku tergabung disaat yang tepat, saat mereka baru akan membangun dan merancang ruangan ini. Namanya “Ruang Makan”, ruang yang menyajikan berbagai macam rasa. Tidak hanya menyajikan, kitapun dapat berbagi dan saling mencicipi. Apapun itu, dapat dibahas disini.
Aku senang bisa ikut menjadi salah satu penyicip rasa J. Ruang makan pertama yang tercipta di ruang standar kampus V UPP IV Belakang Balok Bukittinggi, + 2 minggu yang lalu tepat di hari ulang tahun ipy si Vivi Monika (My Little Family) 17 September 2012.
Pertemuan ke-2 semakin seru. Rasa yang kita cicipi semakin banyak. Dari rasa motivasi hingga perfileman,  dari konflik pribadi hingga masalah-masalah luar. Ngga Cuma itu, kita juga akan mencicipi rasa kopi kawa dan goreng pisang.
Seru.!!! Amazing.!!! :D

Minggu, 07 Oktober 2012

Kotak Persegi


Bangunan kotak persegi yang tak sempurna, bagian depan terbuka mempersilahkan apapun, siapapun yang ingin masuk masuk kedalamnya, tak beratap bau tak karuan. Tepat di depan kampus. Terkadang, orang yang lalu lalang menghiraukannya, tak memperhatikannnya sesekali mereka menutup hidung dengan tangan kanan ketika melewatinya.
Setiap hari, sisa-sisa aktivitas rumah tangga, sampah-sampah, barang-barang yang tak digunakan lagi dibuang kesana. Tak heran tempat itu memnjadi tempat kesukaan para lalat, nyamuk dan belatung. Orange yang ternodai, pinggiran hitam, coklat, memerah, terkadang mengeluarkan air yang tak disukai.
Tempat itu menjadi sumber uang bagi beberapa orang, tempat mereka mencari makan, tempat mereka menghidupi keluarga. Dengan terpaksa, menghiraukan bau busuk yang memaksa masuk kedalam dua lubang di bawah mata. Dengan sabar mengumpulkan botol air mineral bekas, botol-botol minuman  kaleng, karton, kertas-kertas, seng-seng bekas dan berbagai hal yang masih bisa digunakan untuk dijual kembali.
Berjasa memang. Karna tak ada sesuatu yang diciptakan sia-sia. J

Bro

Adik kecilku sekarang sudah dewasa, Aku sayang dia :)

Datang Tak Di Jemput Pulang Tak Di Antar


Siang ini begitu panas, suasana didalampun sepanas cuaca diluar. Hari ini adalah hari Musyawarah Besar di kampus kami. Aku megikutinya dengan hikmat. Memandang sekeliling dan mengobservasi beberapa orang untuk mencari tahu watak dan bagaimana sikap orang-orang yang ada didalam. Musyawarah yang begitu panjang, begitu rumit untuk aku mengerti dan sangat mengherankan. Aku dengan asyiknya menikmati perdebatan demi perdebatan. Sayang aku tak punya hak bicara, jadi aku hanya diam dan memperhatikan.
Ditengah keasyikanku mengamati, tiba-tiba ponselku bergetar. Tak ku hiraukan getaran demi getaran yang merambat di pangkuannku. Hal ini terjadi beberapa kali. Dengan malas dan merasa terganggu, akhirnya aku mengambilnya dari dalam tas. Ternyata, itu telpon dari pacarku “Nata”.
“Izin keluar pimpinan siding”. Pintaku sambil mengacungkan tangan.
Di luar, akupun melepon “Nata”.
“Tuuuuutttt…. Tuuuuutttt… Tuuuuttttt…. Tuuuuuttt”
Tak ada jawaban.
Ku telpon kembali
“Tuuuuutttt…. Tuuuuutttt… Tuuuuttttt…. Tuuuuuttt”
Lagi-lagi tak ada jawaban.
“Tuuuuutttt…. Tuuuuutttt… Tuuuuttttt…. Tuuuuuttt”
Yeah, kali ini diangkat
“Halo sayang, ada apa?”. Aku mengawali
“Kamu kemana aja sih! Dari tadi aku telpon ngga ada jawaban. SMS ku pun tak direspon! Kamu kenapa? Apa kamu punya gebetan lain disana?”
“Ya ampunnnnn… Kenapa kamu jadi jutek gitu? Aku kan sudah memberi tahu mu kalau hari ini ada musyawarah besar”.
“Tapi kok lama seklai?”
“Kamu ngga pernah ikut Mubes ya Hun (Panggilan sayang ku untuknya)?” Aku mulai kesal
“Kamu bohong ya??? Awas ya kalau kamu sampai macam-macam disana”.
“Kenapa sih kamu ngga pernah percaya aku? Aku muak! Kita putus aja.!” Telpon aku matikan.
Aku kembali keruang sidang dan tidak lagi focus mengikuti Mubes. Sepanjang musyawarah aku memikirkan “Nata”.
Nata memang orang yang sangat posesif, apalagi setalah kami LDR. Pekerjaan orang tuanya mengharuskan ia pindah. Tak hanya itu, kini tempat kuliah pun mengharuskan kami berada di profinsi yang berbeda.
Ternyata pacaran jarak jauh itu ribet, sangat menyusahkan apalagi untuk cowo-cowo seperti Nata. Hal ini bukan lagi kali pertama. Sudah empat bulan kita menjalani pacaran jarak jauh dan sejak empat bulan itu pula hubungan kami dipenuhi pertengkaran. Tak ada hari tanpa bertengkar. Aku muak, hal ini lah yang menyebabkanku bertingkah seperti ini.
Malam ini begitu digin, sedingin suasana hatiku. Aku melihat jam, sudah menunjukkan pukul 18.37 WIB. Dengan berat hati, aku menghidupan ponsel. Pemberitahuan datang bertubi-tubi. Ternyata Nata berusaha menghubungiku enampuluh eman kali. SMSnya membuatku kaget bukan main. Ia nekat menemuiku. Jarak tempatnya dengan kostanku adalah 8 jam perjalanan. Jika ia berangkat jam 2 siang tadi, harusnya jam sepuluh nanti dia sudah sampai disini.
Aku berusaha menelponnya, telponnya tidak aktif. Akupun mulai cemas. Aku tidak tahu ia akan tidur dimana.
Setengah sebelas, temanku menghubungiku. Ia mengatakan bahwa Nata didepan kost. Aku bingung, bagaimana aku menemuinya. Aku takut dimarahi ibu kost. Akhirnya aku menelpon Ilham, teman kampusku sekaligus teman kecil Nata dan memintanya untuk menemui Nata istirahat.
“Tolong bilang ke Nata, temui saja aku besok. Terimakasih Am”, Pintaku pada Ilham.
Kamis siang sepulang kuliah, aku menemui Nata dan ngobrol banyak dengannya.
“Emmmmp,,, Ngga tau mo mulai dari mana,,, Aku sayang kamu  dan aku juga tau kalau kamu itu sayang aku. Tapi, ngga tau kenapa aku ngga bisa menerima sikap kamu yang seperti ini, terlalu keras kepala, susah dibilangin. Harusnya kamu ngga melakukan ini jika memang kamu sayang sama aku, sayang sama orang tuamu, saynag sama dirimu sendiri. Befikir positiflah Hun. Ngga seharusnya juga kamu melakukan ini ke Orang tuamu Hun, kamu ngga memberi  tahu mereka kan kalau kamu kesini? Mungkin saat ini mereka mencemaskanmu.”
Nata masi saja diam tak bersuara.
“Aku sama sekali ngga berniat buat mengatur-ngatur hidup kamu, nyuruh kamu ini itu, Aku Cuma ngingatain. Ini demi kebaikan kamu juga. Buktikan kalau kamu itu mampu melakukan hal yang benar sayang. Jangan ikuti ego mu. Kamu sudah dewasa, sudah tau mana yang benar dan mana yang salah. Kurangi lah hal-hal negative pada dirimu.”
Dia mulai mengeluarkan rokok dari kantong celananya, mengambil sebatang dan nyaris menghidupkannya. Aku mengambil rokok itu dan mencampakkannya.
“Kurangilah merokok Hun. Oke, aku ngerti kalau ini susah untuk dilakukan. Tapi usahakanlah untuk menguranginya. Hentikan berfoya-foya dan menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tidak perlu.Kurangi aksi membolos”.
“Kok kamu kayak orang tua gitu sih? Aku jadi heran, kesambet apa sih kamu?”. Ia mulai berkomentar.
Aku tersenyum simpul, “Ntah Lah. Ngga memungkiri ya, akupun egois. Tapi aku tahu samapai batas mana yang ku lakukan. Aku melakukannya ngga seenakku seperti yang kamu lakukan. Kalau memang kamu ingin aku jadi yang terakhir untukmu, usahakanlah untuk bisa jadi yang terbaik. Sudahi keras kepala dan keegoisan untuk hal-hal yang tidak benar itu. Aku ngomong seperti ini karna aku sayang kamu. Memang terkesan seperti orang tua, tapi inilah adanya. Terus terang aku muak dengan tingkah lakumu. Kamu selalu saja menyalahkanku.”
“Iya sayang, maafkan aku.”
“Sekrang, kamu pulang lah, jangan bikin orang tuamu khawatir”. Aku menyuruhnya untuk pulang.
“Tapi Hun, aku masih kangen kamu”. Jawabnya.
“kaaaaaaaannnnnn,,,” Aku BT dan meninggalkannya.

Aku takut mamanya cemas. Maka, aku kirimkan pesan via email untuk sang mama. Sambil berjalan tanpa tujuan, aku mengetikkan pesannya.
Assalamuaikum tante,.
Langsung aja ya T, sebenernya aku khawatir dengan keadaan Nata. Aku masih belum mengerti, dia itu orang yang seperti apa.
Oya tante, aku mohon setelah tante baca pesan ini, tante ngga ngasih tau Nata kalau akulah yang membeberkan semuanya. Aku takut kalau nantinya Nata marah dan ngga mau lagi cerita.
Maafin Nata tante, hari ini dia menemuiku.
Aku kaget si Nata bisa senekad itu mendatangiku. Aku tahu ini salahku.
Kita memang ada masalah Tan,,, karna aku minta putus darinya. Habisnya aku kesal, dia ngga bisa ngertiin aku. Dengan sangat gampang dia berfikiran negative terhadapku. Kemaren aku subik mengikuti sidang musyawarah Besar. Tapi dia terus saja minta telponan. Mana bisa seperti itu Tan.. Ngga mungkinlah nelponnya setiap saat (hampir 24 jam). Aku juga mau bikin tugas, belajar, dan hangout bereng teman. Ngga mukin dong aktivitas seperti itu dilakukan sambil telponan. Sayangnya dia ngga bisa ngerti Tante.. L Ngga tau kenapa, dia ngga pernah bisa percaya aku. Terus terang, aku sebel banget.
Ya ampun Tan,, ngga taulah aku mesti ngomong apa. Aku sudah memintanynya untuk pulang tapi dianya ngga mau.
Nata masih saja mengikuti ku, kemana jalanku diikuti tapi dia tak mau mendahului. Aku berbalik
“Mau kamu apa sih Nat?!” ucapku sedikit berteriak.
“Aku hanya ingin kepastian dari kamu, hubungan kita ini gima? Kamu dari tadi sibuk aja. Ngetikin apa sih?” Jawab Nata
“Mau tau aja.!”
“Jutek amat!” balasnya.
“Kamu pengennya gimana?” Jawabku.
“Aku kangen hubungan kita dulu, kamu gimana?”. Ia balik bertanya.
“Makanya, berusahalah untuk berubah dan percaya aku sepenuhnya. Aku ingin kamu pulang!”.
Hening sejenak.
“Oya, aku sudah member tahu Mama kalau kamu kesini. Sekaramg pulanglah, ngga perlu buru-buru dan ugal-ugalan. Yang penting kamu selamat sampai kostanmu.” sambungku
“Sebenarnya sudah dari kemaren Mama menghubungiku. Mungkin ibu kost yang ngelapor ke Mama karna aku ngga pulang-pulang”. Kata Nata sambil nyengir.

“ Telpon dari Mama ku reject melulu”. Sambungnya
“ Sayang,,, makasi ya.. J Makasi juga udah ngasi tahu Mama. Aku pulang”. Ia tersenyum
“Oke, hati-hati Hun”. Kataku sembil membalas senyumannya.
Ups, apa kamu ngga mau nganterin aku dulu?
“Ngga!!! Mau diantar kemana coba. Dasar jaelangkung!”.
Kamipun cekikikan dan dia pulang…

Rabu, 03 Oktober 2012

YDYP 2012

Selamat buat kakak-kakak wisudawan dan wisudawati angkatan 2007/2008 Prodi Psikologi UNP.. :)
Rame, ribut, riuh, tapi ngga rusuh. Hhe
Tawa, Canda dan derai air mata mewarnai ruangan berpentas ini.
Dan acara informal akan dilanjutkan ntar malam...
Semoga seru dan mengukir kenangan Indah

Biarkan Mereka Tertawa


Temankah namanya jika saling menutupi????
Apakah teman tak mau berbagi???
Membiarkan kesalahan, itu yang teman sejati???
Tidak.!
Apa kamu percaya akan adanya teman???
Apa kamu tau dimana letak teman???
Teman, Sahabat, bingung kah kamu memaknai ini???
Jika memang tak sanggup bersama kami, silahkan pergi
Jelekpun, susahpun, kami tak peduli
Bagi kami, sahabat itu sejati
Pertahankan kembali yang telah terjadi
Kalaupun tidak, tak masalah bagi kami
Mau tersenyum???
Silahkan.!
Mau tertawa???
Oke.!
Ngakakpun tak apa-apa
Biarkan mereka tertawa
Menertawai kami atas kenyataan yang ada
Biarkan mereka tertawa
Karna memang itu adanya