Minggu, 29 Mei 2016

RASA.!!!

Rasanya Wara pernah menuliskan mengenai rasa di ketikan sebelumnya. Hem.! Rasa.! Ini bukan rasa yang biasa.

Ah.! Wara jadi ingat diskusi dengan Puja waktu itu. Mengenai PEDAS. Apakah pedas termasuk rasa? Ternyata tidak. Puja tidak terlalu detail menjelaskannya waktu itu. Dia pernah baca bahwa pedas membuat panas, jadi pedas tidak bisa di golongkan kedalam rasa.

Bukan.! Bukan.! Wara tidak ingin menjelaskan mengenai rasa yang hanya bisa diketahui oleh indra perasa. Ini mengenai rasa yang lain. Tentang seseorang yang Wara rasa, tanpa sengaja telah meninggalkan “sesuatu”.
“Sesuatu” itu hanya diam. Tidak tumbuh menjadi besar, tidak pula pergi tanpa kabar. Ingin sekali Wara menyingkirkannya. Tapi belum bisa. Satu hal yang bisa membuatnya hilang dan tidak berada disana lagi.
Apa?
Dia (yang tanpa sengaja telah meninggalkan “sesuatu” itu) mengambil kembali. Mencabutnya dari sini. Menghilangkannya. Itu jika memang dia meninggalkannya tanpa sengaja. Tapi, jika ternyata dia memang meninggalkan “sesuatu” itu disana (sengaja), maka Wara dan dia akan mendiskusikannya.

Aiish... entahlah. Bisa jadi Wara yang terlalu Gede Rasa. Atau Wara yang terlalu Bawa Perasaan.

Memasuki tahun ketiga sejak “sesuatu” itu tertinggal disini. Dan ini merepotkan sekali meski “sesuatu” itu diam saja.

Tinggal dibuang, gampang kan???
Haaa,,, atau jangan-jangan malah Wara yang tidak ingin membuangnya sampai dia yang meninggalkan “sesuatu” itu datang dan menjelaskan semuanya???


Entahlah. Wara pun bingung dengan semuanya. Sudah banyak orang yang tahu.
Salahkah Wara mengatakannya pada mereka yang seharusnya tidak diberi tahu??? Harusnya Wara hanya memberitahu pada dia yang telah meninggalkan “sesuatu” bukan?

Membingungkan sekali.

Hey Wara.! Mau aku beri tahu sesuatu???
Kamu yang membuatnya tertinggal disana.! Kamu yang memaksakan semuanya.! Kamu yang terlalu berlebihan menanggapinya.!

Arrrgh.!!! Apa Wara terlalu melebih-lebihkan? Baru satu kali Wara pernah memberitahukan seseorang tentang perasaan Wara. Dan Wara berniat untuk tidak melakukan itu lagi. Bodoh sekali rasanya. Memalukan.! [Sumpah W malu.!!!!]

Tapi kamu butuh kejelasan kan??? Jika kejelasan itu tidak pernah ada, maka kamu tidak akan pernah bisa membuangnya dari sana.
Apakah Wara sudah kehabisan modus untuk menghubunginya??? Ahahahaha.
Kamu dan dia sama anehnya.!!!
Sayang dia bukan tipe orang yang suka mengumbar. So, kamu tidak akan pernah tahu apa yang dia lakukan dan apa yang sedang bergejolak di dirinya.
Kasihan sekali kamu Wara... ahahhaha.


Tidak.! Wara sudah pasrahkan apapun. Biar waktu yang akan menjawab semuanya.


Untuk seseorang yang mungkin tanpa sengaja meninggalkan “sesuatu”, segeralah datang dan memberi tahu. Wara tidak akan pernah bosan menunggu.

Tentang Wara.!
Akan aku beri tahu sesuatu.
Aku tidak pernah membajak apapun darinya.

Aku hanya ingin meberitahu sesuatu.


Dia adalah orang yang peragu. Selalu. Akan seperti itu.
Dia adalah orang yang tidak bisa membuat keputusan untuk dirinya sendiri. Selalu. Akan seperti itu.
Dia butuh banyak masukan dari orang lain. Dia terlalu peduli dengan pandangan orang lain. Dia luar biasa.!
Banyak hal yang tidak bisa diungkapkan darinya termasuk keanehannya.


Apakah kamu ingin tahu tentang “hati”nya? Tentang “perasaan”nya?
Apa kamu yakin?


Akan aku katakan sesuatu.
Dia memiliki banyak teman. Termasuk teman lelaki.
Dia berhenti mengikat hati dan memborgol perasaanya berthaun-tahun yang lalu.
Menurutnya itu menghambat kebebasannya.
Menurutnya itu terlalu membuang waktunya.


Dia senang menunggu. Saat ini dia sedang menunggu kejelasan atas “sesuatu”.

Dia adalah orang yang setia. Prinsipnya adalah
“Percayalah padaku, maka aku akan mempercayaimu.! Sekali saja kepercayaanku di hianati, maka kamu tidak akan pernah bisa kembali”


Inilah kisah terbarunya untuk saat ini.
Tidak baru sebenarnya. Sudah bertahun hitungannya.


Dia senang pada orang yang bisa diajak diskusi, orang yang tidak memaksakan kehendak, orang yang tidak mementingkan kepentingannya sendiri, orang yang senang berbagi, orang yang membuatnya penasaran. Dan itu ada pada orang yang sedang dia tunggu saat ini [barangkali sudah tidak lagi].

Bodoh memang. Kamu tahu, dialah yang terlalu melebih-lebihkan semuanya. Dia terlalu Gede Rasa.
Kejadian itu tidak di sengaja. “Dia” (yang sedang ia tunggu saat ini) bisa saja melakukannya tanpa membawa maksud apa-apa. Karna memang “dia” adalah orang yang susah di tebak.

Sebenarnya aku juga tidak terlalu mengenal “dia” (yang sedang ia tunggu saat ini). Dia (yang sedang kita bicarakan) mungkin juga tidak begitu mengenalnya. Hanya tahu kulit luarnya saja. Mereka tidak begitu sering melakukan sesuatu bersama.

Awalnya semua biasa saja. Setelah kejadian itu terjadi, segala hal terasosiasi. Segala hal yang telah mereka lakukan bersama terhubung, teraduk dan masuk kedalam persepsinya. Sesuatu yang biasa, berubah menjadi luar biasa.

Sejak saat itu dia mulai bertanya-tanya. Mulai menghubung-hubungkan berbagai hal. Meminta teman yang ia percaya untuk mencari kejelasannya. Tapi semua sia-sia. Jawaban “dia” adalah jawaban general. Dan itu wajar, karna pertanyaan yang diajukan saat itu adalah pertanyaan yang memang bukan di tujukan untuk “dia”. Itu adalah pertanyaan andai-andai dengan satu contoh kasus. Inti jawabannya adalah “Tergantung si cowo. Dia cwo yang seperti apa”.

Lucu sekali.!

Tahukah kamu apa yang terjadi setelahnya???

Dia tetap berfikir dan mencari tahu apa maksud semuanya sambil berharap bahwa itu adalah sesuatu yang memang di sengaja.

Sebenarnya dia tidak suka sesuatu yang tidak jelas. Dia butuh kejelasan dan penjelasan.

Kemudian dia mulai memainkan semuanya dengan caranya. Berniat jika “dia” memberikan sinyal atau bersikap aneh lagi (sikap yang membuat “sesuatu” itu memperkuat akarnya), maka dia akan memperingatkannya.

Dan benar saja. Hal itu terjadi. Dia memperingatkannya.!

Dan tahukah kamu bagaimana “dia” merespon?

Kebingungan dan minta maaf.

Dari sana harusnya dia tahu bahwa “dia” melakukannya tanpa sengaja.

Tapi dia tetap saja mempertahankan “sesuatu” itu. Dia tidak mau mebuangnya. Dia berat melakukannya. Semakin kesini, di detik-detik perpisahan mereka (tidak bertemu lagi untuk waktu yang lama), dia mengirimkan sinyal-sinyal. Dan sinyal itu tidak jelas. Kadang di buat spesial kadang di buat biasa saja. Ambigu sekali.


Menurutku, “dia” tahu bahwa dia mengirimkan sinyal untuknya. Tapi entahlah. Toh aku juga tidak tahu bagaimana kebenarannya.

Aheh memang. Tapi itulah yang terjadi padanya.

Apakah mereka masih berkomunikasi?

Masih. Tapi sangat jarang. Jarang sekali.!!! Hanya sesekali.


Disaat orang lain ingin mengenalnya, ingin mempelajarinya, ia menutup diri. Membatasi.

Dia mulai merasa bersalah. Takut menjadi pemberi harapan palsu. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah
“DIA MEMBERIKAN HARAPAN PALSU UNTUK DIRINYA SENDIRI”

Siapapun yang ada disana, berikanlah penjelasan padanya. Bahwa “dia” mungkin tidak akan datang padanya. Katakan padanya bahwa dia HARUS BERHENTI MENUNGGU.

Atau katakan pada “dia” untuk segera memberikan penjelasan padanya [titik]

***
#WaraMuncul
Hahahaha.
Kami sudah bertemu. Kami sudah bercerita panjang lebar.
Dan kamu???
Kamu tak perlu tahu hal apa saja yang kami diskusikan.
Ini benar-benar sesuatu yang luar biasa. Diluar dugaan.


Bukankah tidak ada sesuatu yang kebetulan???
Entah apa rencana Tuhan.

***

Tidak perlu terburu-buru. Apalagi dalam urusan perasaan. Karna jikalau itu memang spesial, menunggu lama sekalipun itu tetap berharga.
Tidak perlu cemas apalagi takut. Apalagi dalam urusan perasaan. Karena jikalau itu memang sejati, kita tidak akan cemas walau sesenti, sejauh apapun pergi, dia akan kembali.

Membiarkan pergi adalah sama seperti kita berdiri di halte, lantas setelah ditunggu lama, sebuah bus mendekat, penumpang naik, bus beranjak jalan, menjauh dan kita tetap berdiri di halte tersebut. Menatapnya dengan segenap perasaan.
Membiarkannya pergi adalah salah satu cabang perasaan sejati. Seberapa lama pun kita telah menunggu bus itu, seberapa penting urusan kita, namun kita, membiarkan pergi dengan ikhlas, karena boleh jadi itu keputusan terbaik atas nama kehormatan perasaan.

Lepaskanlah. Maka esok lusa, jika dia adalah cinta sejatimu, dia pasti akan kembali dengan cara mengagumkan. Ada saja takdir hebat yang tercipta untuk kita. Jika dia tidak kembali, maka sederhana jadinya, itu bukan cinta sejatimu.

Ketika seseorang membuat kita menunggu, itu berarti ada hal yang lebih penting yang dia urus dibandingkan kita.
Selalu begitu.
Karena kalau kita memang penting, amat berharga, dia tidak akan pernah membiarkan kita menunggu. Dan sama, ketika kita merasa seseorang itu penting, kita juga tidak akan pernah membiarkan dia menunggu sedikitpun.

Jika dua orang memang benar-benar saling menyukai satu sama lain, itu bukan berarti mereka harus bersama saat ini juga.
Tunggulah di waktu yang tepat, saat semua memang sudah siap, maka kebersamaan itu bisa jadi hadiah yang hebat untuk orang-orang yang bersabar.
Sementara kalau waktunya belum tiba, sibukanlah diri untuk terus menjadi lebih baik, bukan  dengan melanggar banyak larangan, nilai-nilai agama. Waktu dan jarak akan menyikap rahasia tebesarnya, apakah rasa suka itu akan semakin besar, atau semakin memudar.
-Tere Liye


Hahahaha...
Sudahlah.
Bukanlah kalau sudah jodoh akan ada saja jalannya????
Di paksakan dengan paksaan terbesar pun, kalau bukan jodoh, tak akan bersama bukan???
Begitu juga sebaliknya, berlari sejauh apapun, berusaha terus menghindar, jika memang itu jodohnya, dia akan tetap datang.
So, tunggu saja dan teruslah berdo’a ;)



Membingungkan ya?! Haha.!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar