Selasa, 05 Februari 2013

Kucing


Dingin… dingin sekali..
Pagi ini aku sendiri, yatim piatu, tak kenal keluarga.
Aku hidup sendiri, begitu kedinginan diserbu angin. Mendung, pertanda hujan akan turun.
Didepan pintu sebuah rumah, aku mencari kehangatan pada sebuah keset kaki. Sesekali, pemilik rumah lalu lalang. Tak peduli. Tak menghiraukan. Sibuk sendiri.
Aku tak tahu sudah setinggi apa matahari waktu itu. Sebuah motor, datang menghampiri. Pemiliknya menghamipiri rumah ini, duduk diberanda. Dengan beberapa orang anak, dia mulai bercemgkrama, bermain, tertawa-tawa. Aku yang kedinginan, mendekati mereka. Mencari kehangatan diantara mereka. Tubuh-tubuh manusia. Aku, dipangku, di ajak bermain, digendong, ditertawakan.
Tak lama, seorang tua datang. Tua itu mengenakan gamis bercorak dedaunan. Hijau, kemuning, daun kering. Membawa tas, mengambil air yang berada di sebuah drom air. Bersiap pergi.
Si pemilik motor tadi mengangkatku, membawa akau bersamanya, mendudukanku di bagian kaki pijakan motor maticnya. Dia dan situa berangkat ntah kemana.
Diterpa angin. Aku ketakutan, aku merasa lebih dingin. Aku ingin turun.
Tak kuat, aku memanjat berusaha mendekat. Si pemilik motor ini menjatuhkanku, melepas tangan kirinya dari pegangan motor, memindahkanku kembali kebawah.
Motor berhenti, aku tak tau itu tempat apa. Aku kembali di angkat, kali ini oleh si tua. Dimasukkan kedalam tas. Merasa tak nyaman, aku meronta cukup lama.
Motor berhenti untuk yang kedua kali disebuah pondok kecil. Pondok ditengah hutan. Rumah kecil hanya terbuat dari kayu. Ada banyak pepohonan disana. Aku tak mengerti. Situa memasukanku kedalam kresek hitam. Aku tak nyaman, dan mulai meronta kembali. Hari itu, aku ketakutan.
Dia, si pemilik motor meninggalkan situa membawaku yang masih berada didalam kresek hitam ntah kemana. Lelah, aku berhenti memberontak.
Motor berhenti untuk yang ketiga kali.
Keluar dari kresek hitam, aku melihat sebuah cahaya. Sebuah ruangan. Dikelilingi meja dan kursi-kursi. Rumah tembok, rumah yang sangat besar untuk ukuran hewan sepertiku.
***
Kucing itu, kasihan sekali melihatnya. Dia tak punya siapa-siapa. Kurus kering. Kurang gizi sepertinya. Kasihan, aku membawanya pulang.
Seperti dugaanku, ibu tak akan suka. Beruntung bapak membolehkan, mendukungku malah. Anak kucing itu, umurnya belum samapai 2 bulanan. Meski nekat dan masih amatiran, aku memberinya makan. Nasi putih+kuning telur. Dia makan meski tak menghabiskan.
Aku suka dia, anak kucing itu terlihat lucu. Aku memberi nama JUBEL. Jubel adalah singkatan angka “Tujuh Belas”, karna aku menemukannya ditanggal tujuh belas.
Hari pertama, sedikit sekali makannya. Kotorannya encer, sangat encer. Sepertinya dia terkena diare. Ya, dari awal dia sudah terlihat sakit.
Hari kedua juga sama. Aku resah. Mungkin karna masih kecil, dia belum bisa makan nasi. Akhirnya, ku belikan susu SGM untuknya. Tapi apa??? Dia tetap tidak mau. Aku berencana membawanya ke pos kesehatan hewan. Tapi, itu belum sempat aku lakukan. Aku masi saja sibuk dengan urusan lain, dia sedikit terhiraukan.
Hari ke-3 dan hari ke-4 sama sekali dia tak menyentuh nasi. Sesekali dia berjalan ke kamar mandi untuk minum. Padah, sudah ku sediakan tempat makan/minum untuknya. Aku tak tahu. Atau mungkin aku belum mengerti kalau dia masih terlalu kecil untuk mengerti hal-hal seperti itu.
Aku menyuapinya susu. Tak banyak yang ia minum. Kalau tak aku paksa, mungkin tak akan ia minum.
Hari ke-5 dia menghilang. Aku tak menemukannya. Dia mencari kehangatan di balik selimut diatas kasur yang berada di paviliun rumah.
Hari ke-6, dia juga menghilang. Adikku bilang, semalam ia tidur dengan Jubel.
“Pagi, sebelum mandi Jubel masih disini kok mbak”, ucapnya padaku.
 Aku mencarinya ke seluruh bagian rumah. Hasilnya nihil. Tetap tak ku temukan. Mendengar bunyi “meong” pun tidak. Malamnya, aku kembali menelusuri seluruh ruangan rumah bersama adikku. Aku penasaran. Jubel tetap tidak ditemukan.
Keesokan paginya, Jubel ditemukan tewas dibawah meja. Tepat di hari ke-7, tanggal 24.
Penyesalan besar bagiku. Menyesal tidak sempat membawanya ke pos keswan. Menyesal telah memungutnya dan membawanya pulang. Menyesal telah menelantarkannya di rumah sendirian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar