3 hari setelah
kepulanganku, aku diajak adik dan para sepupu untuk ikut ekpedisi negeri payo.
Melihat air terjun yang ada disana. Sebelumnya, aku memang sudah pernah kesana.
Waktu itu aku masih SMA. Kelas XII kalau ngga salah. Diajak rombongan yang ada
disekitar tempat tinngalku + 3 orang teman dekatku. Bedanya, di tahun itu aku
berjalan melewati jalur air yang memang medannya lumayan sulit karna harus
terus jalan di air, banyak batu, lintah dan berisiko hanyut. Beruntung, yang
hanyut hanya dompet dan bekal makanan bukan orangnya. Kalau datahun 2013 ini
kami melewati jalur darat. Menempuh beberapa bukit (naik-turun bukit).
Perbedaan
lainnya, kalau lewat jalur air kita hanya bisa melihat satu air terjun. Yaitu,
air terjun paling bawah. Karna memang air terjunya itu tinggi sekali. Nah,
kalau yang ditempuh adalah jalur darat yang mesti melewati beberapa Bukit, kita
akan bisa menjajaki hampir semua tingkatan air terjun. Tapi tidak bisa ke dasar
air terjun terakhir yang memang sangat tinggi. Ngga mungkin rasanya, turun ke
dasar air terjun ketujuh ini.
Kita berangkat
jam 9 pagi. Di antar ibu dan bapak, kami akhirnya sampai ke daerah Payo. Sebelum
berangkat, ibu telah merebuskan daun herbal untukku dan puja adikku. Kata ibu,
biar kami kuat dan ngga ngos-ngosan.
Cantik sekali
pemandangan dari daerah ini. Kita bisa lihat Kota Solok dari atas Bukit.
Keseluruhan Danau Singkarak bisa terlihat jelas dari sini. Cuca cerah berawan.
Setelah pamitan, kami memulai petualangan.
Melewati
perkebunan kunyit milik warga sekitar kemudian kami masuk hutan.
Seperempat perjalanan hari mulai hujan. Medannya lumayan sulit karna basah dan licin. Banyak sekali jurang disini. Begitu juga dengan duri. Ada duri salak, duri jarek-jarek dan jenis duri lainnya.
Memang awalnya,
aku mengunakan sepatu.Tetapi melihat anggota kelompok lain hanya mengunakan
sandal seadanya akupun ikutan mengunakan sandal jepit (takut dibilang lebay).
Padahal itu demi kebaikan. Harusnya aku tidak perlu malu jika menggunakan
sepatu. Tapi sudah lah, itu sudah berlalu. Jadikan pengalaman saja untuk
perjalanan berikutnya J
Becek, licin,
penuh lumpur. Aku tidak bisa lagi menggunakan sandal jepit ini. Terpaksa aku
bertelanjang kaki. Mau tidak mau, aku harus terima risiko. Hujan semakin lebat,
beberapa orang meminta untuk istirahat. Akhirya, angku (pemandu) memberhentikan
kami disebuah pohon besar. Sayang, ada yang jahil. Tidak sengaja dia mengusik
keberadaan lebah disana. Kami terpaksa melarikan diri. Beberapa orang tersengat
di telinga, tangan, kepala dan muka. Kasihan sekali.
Selama dua
setengah jam kami hujan-hujanan. Semua basah kuyup dan kedinginan. Sebelum
sampai ditujuan, kami harus menuruni tebing yang cukup terjal. Untuk turun
kesana kami harus menggunakan tali dan berhati-hati dengan bebatuan yang akan
jatuh menimpa kami. Rintangannya begitu berat. Kakiku mulai sakit akibat
gesekan batu dan hempasannya.
Ternyata jalur
darat ini jauh lebih sulit menurutku. Mungkin karna hari hujan yang menyebabkan
jalan licin. Bayangkan untuk pulang
saja, aku sudah sangat lelah dan kesakitan. Beberapa kali aku terkena duri.
Tidak hanya ditelapak kaki, pungung kakipun juga sampai terkena duri ini. Beberapa
kali juga aku harus terjatuh. Sesekali aku terpaksa turun ala peseluncur.
Kami sampai kembali
diperkebunan warga ketika magrib. Istirahat sebentar dan kembali makan. Membuat
api, bikin kopi dan masak mie.
Kasihan ibu dan
bapak. Beliau sudah sampai payo jam lima sore dan terpaksa harus menunggu
beberapa jam. Setengah delapan kami sampai diperkampungan. Dan kembali pulang J
Pemandanagn
dimalam hari juh lebih seru. Banyak lampu yang terlihat. Seperti bukit bintang.
Solok begitu terang. Indah, sangat Indah.
Sayangnya,
perjalanan kami ketika mulai memasuki hutan tidak bisa diabadikan. Kami focus dengan
perjalanan, medan dan keselamatan kami.
Kabarnya,
perjalanan kami masuk Koran. Salah satu dari kami membuat artikel dan
mengirimkannya. Sayangnya aku belum lihat.
Seru.!
Oya, daerah ini
juga ada Paralayangnya. Mbah bilang, beberapa minggu terakhir Payo sering
mengadakan paralayang. Hampir setiap minggu sepertinya. Info lebih lanjut,
datangi aja daerahnya. Hehehehehe
Bundo mau banget diajak ke Payo dan makan nasi bareng2 kayak gituwh.. tapiiii eMak2 mana kuat naik turun tebing.. #wara gendong bundo gitu ya..?
BalasHapusJyaaaaah,,, Waranya ngga kuat ndo.. -_-" hehehehehe
Hapus