Akan aku katakan sesuatu. Ini
tentang aku, kamu dan mereka. Bukan. Bukan hanya aku dan kamu. Tapi aku, kamu,
kamu, kamu, kamu, kamu, kamu dan …….. kamu yang bukan sekedar teman, bukan
sekedar kenalan. Ini tentang aku yang iri pada sesuatu.
Setiap orang itu hakikatnya
berbeda bukan? Berbeda dalam artian yang ku rasa kamu tahu maksudnya. Berbeda
dan juga sama. Sama-sama memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus di penuhi.
Aku punya kamu [jamak], dan kita
menjadi satu kesatuan dalam lingkar kelompok yang saling membantu, saling
mendukung, saling bekerja sama. Yang peduli satu dan lainnya.
Kepedulian kadang-kadang membuat
orang melampaui batas. Banyak orang yang tak kenal batas, karna peduli. Yang
aku tahu, kita saling peduli. Dilakukan karena ingin menciptakan kebaikan,
walau terkadang tak semua dari kita menganggap positif [kamu katakan sebagai
rasa ingin tahu, terlalu dalam, terlalu jauh, memperkeruh atau apa lah]. Ini
juga yang kemudian membuat seseorang menjauh dan menghindar. Kata peduli
berubah menjadi ikut campur. Terlalu mengintervensi.
Aku memutuskan
untuk tidak terlalu peduli pada orang lain. Memandang positif segala hal. Jika
memang terpojokan, akan ku katakan pada mu “Biarlah,
yang penting sudah di beri tahu, sisanya serahkan padanya. Dia sudah dewasa,
tahu mana yang baik mana yang tidak. Toh, konsekuensi dia yang tanggung. Paling
kita terseret sedikit saja. Tidak akan jauh, tidak akan berdampak terlalu signifikan”.
Aku tidak pernah menuntut mu
untuk melakukan sesuatu. Aku juga tak pernah menuntut mu untuk mengerjakan apa
yang ku mau. Hanya sesekali menimpali, mengingatkan.
***
Belakangan aku memang sering
dirumah. Sudah diwisuda, berarti sudah lepas masa kuliah. Waktu banyak
dihabiskan dirumah. Tak heran jika aku akhirnya sering bertemu adik laki-laki
ku yang pulang dengan banyak teman. Belasan malah. Bahkan bisa mencapai dua
puluh kepala.
Sama seperti kita, ada
perempuan, ada laki-laki dan semuanya beristirahat hingga esok hari.
Aku dan dia memang berbeda. Dia
laki-laki. Aku perempuan. Namun kami sama. Sama-sama manusia yang dilahirkan
dari orang tua yang sama dan sama-sama punya banyak teman.
Kenapa tiba-tiba aku menyebut
“Iri”..?
Ini irisan yang berbeda.
Aku punya banyak teman
Dia punya banyak teman
Aku dan dia punya banyak teman
Premis apa itu???
Hahahaha. Bukan, bukan bermaksud
menginat kembali pelajaran matematika SMA.
Ini soal teman. Kami sama-sama
manusia yang senang berteman. Dan kami punya teman-teman yang sama serunya.
Namun aku iri padanya.
KENAPA???
Karena mereka memiliki kesadaran akan kunci dari segala kunci yang ada.
Karena mereka memiliki kesadaran akan kunci dari segala kunci yang ada.
Aku tak ingin menjelek-jelekan
kita. Aku juga tak ingin menyama-nyamakan atau membeda-beda kan. Ini bentuk
rasa iri ku padanya.
Kamu tahu, menurutku kita hanya
fokus pada kesenangan dan kenikmatan pribadi, FREUDIAN [kita menyebutnya begitu bukan?]. Duniawi [bukan untuk mu,
tapi untuk kamu yang masih belum mengerti]. Kepedulian dan saling mengingatkan
berada dalam irisan yang berbeda. Ini masalah kuncinya. Bukan kebaikannya,
bukan keakrabannya, bukan pula kepeduliannya.
#Mereka memiliki kesadaran tinggi
akan kunci dari segala kunci
Tidak ada komentar:
Posting Komentar