Minggu, 24 Mei 2015

sebut saja ini "IRI"

Akan aku katakan sesuatu. Ini tentang aku, kamu dan mereka. Bukan. Bukan hanya aku dan kamu. Tapi aku, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu dan …….. kamu yang bukan sekedar teman, bukan sekedar kenalan. Ini tentang aku yang iri pada sesuatu.

Setiap orang itu hakikatnya berbeda bukan? Berbeda dalam artian yang ku rasa kamu tahu maksudnya. Berbeda dan juga sama. Sama-sama memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus di penuhi.
Aku punya kamu [jamak], dan kita menjadi satu kesatuan dalam lingkar kelompok yang saling membantu, saling mendukung, saling bekerja sama. Yang peduli satu dan lainnya.
Kepedulian kadang-kadang membuat orang melampaui batas. Banyak orang yang tak kenal batas, karna peduli. Yang aku tahu, kita saling peduli. Dilakukan karena ingin menciptakan kebaikan, walau terkadang tak semua dari kita menganggap positif [kamu katakan sebagai rasa ingin tahu, terlalu dalam, terlalu jauh, memperkeruh atau apa lah]. Ini juga yang kemudian membuat seseorang menjauh dan menghindar. Kata peduli berubah menjadi ikut campur. Terlalu mengintervensi.

Aku memutuskan untuk tidak terlalu peduli pada orang lain. Memandang positif segala hal. Jika memang terpojokan, akan ku katakan pada mu “Biarlah, yang penting sudah di beri tahu, sisanya serahkan padanya. Dia sudah dewasa, tahu mana yang baik mana yang tidak. Toh, konsekuensi dia yang tanggung. Paling kita terseret sedikit saja. Tidak akan jauh, tidak akan berdampak terlalu signifikan”.

Aku tidak pernah menuntut mu untuk melakukan sesuatu. Aku juga tak pernah menuntut mu untuk mengerjakan apa yang ku mau. Hanya sesekali menimpali, mengingatkan.
***

Belakangan aku memang sering dirumah. Sudah diwisuda, berarti sudah lepas masa kuliah. Waktu banyak dihabiskan dirumah. Tak heran jika aku akhirnya sering bertemu adik laki-laki ku yang pulang dengan banyak teman. Belasan malah. Bahkan bisa mencapai dua puluh kepala.
Sama seperti kita, ada perempuan, ada laki-laki dan semuanya beristirahat hingga esok hari.

Aku dan dia memang berbeda. Dia laki-laki. Aku perempuan. Namun kami sama. Sama-sama manusia yang dilahirkan dari orang tua yang sama dan sama-sama punya banyak teman.
Kenapa tiba-tiba aku menyebut “Iri”..?
Ini irisan yang berbeda.

Aku punya banyak teman
Dia punya banyak teman
Aku dan dia punya banyak teman

Premis apa itu???

Hahahaha. Bukan, bukan bermaksud menginat kembali pelajaran matematika SMA.

Ini soal teman. Kami sama-sama manusia yang senang berteman. Dan kami punya teman-teman yang sama serunya. Namun aku iri padanya.

KENAPA???

Karena mereka memiliki kesadaran akan kunci dari segala kunci yang ada.
Aku tak ingin menjelek-jelekan kita. Aku juga tak ingin menyama-nyamakan atau membeda-beda kan. Ini bentuk rasa iri ku padanya.

Kamu tahu, menurutku kita hanya fokus pada kesenangan dan kenikmatan pribadi, FREUDIAN [kita menyebutnya begitu bukan?]. Duniawi [bukan untuk mu, tapi untuk kamu yang masih belum mengerti]. Kepedulian dan saling mengingatkan berada dalam irisan yang berbeda. Ini masalah kuncinya. Bukan kebaikannya, bukan keakrabannya, bukan pula kepeduliannya.


#Mereka memiliki kesadaran tinggi akan kunci dari segala kunci

Tidak ada komentar:

Posting Komentar