Selasa, 15 Januari 2013

Hal Tak Terduga, Refreshing Tanpa Rencana


Sebelum hari H pelaksanaan lomba, kami sibuk mencari sponsor dan persiapan. Libur Panjang (almanac merah + Harpitnas), mahasiswa pada pulang, sedang kami (sebagian mahasiswa yang mengambil matakuliah kewirausahaan) datang akibat sms yang mengancam. Ancaman nilai E. Ada yang peduli, ada yang tidak, ada yang datang dengan ikhlas, ada juga yang datang karna terpaksa dan takut mendapatkan nilai “E”.
Waktu itu hari sabtu, 17 November 2012. Bersama-sama kami berkumpul diruang 03. Membicarakan semuanya, segala hal yang dibutuhkan. Merelakan waktu libur untuk meningkatkan persentase kesiapan kami.  Hari H sudah dekat dan kami harus siap.
Tugasku sudah selesai, membagi undangan ke SD-SD yang berada di madiangin sudah dilaksanakan 2 minggu yang lalu. Aku memilih duduk-duduk di kursi yang disediakan di depan prodi, sementara yang lain sibuk mempersiapkan diri, mencari sponsor dan mendatangi sekolah untuk mencari peserta. Satu persatu beranjak pergi, menjalankan misi.
“Mbak, ikut yok, Ketempat Bang Fahri nyari sponsor”, kira-kira begitulah ajakan Riri.
Bersama Devi, kami berangkat berjalan kaki. Dari kampus, kaki kami langkahkan menuju pasar, satu persatu toko terlewati. Kendaraan tak sengaja terperhatikan, gurauan dan percakapan tercipta sepanjang perjalanan.
Melewati Rumah Bung Hatta, sontak kami terhenti. Melihat sekelompok orang yang sedang mengambil gambar, shooting flm sepertinya. “Mungkin film documenter” ungkapku dalam hati. Seorang wanita mengenakan kemeja putih, rok biru dengan jilbab senada tengah berjalan dari rumah Bung Hatta, sementara didepannya seorang pria memainkan kamera. Tidak hanya sekali, si wanita tadi mengulang adegan itu berkali-kali atas instruksi si pemegang kamera.
Perjalanan kami lanjutkan, beberapa menit kemudian kamipun sampai di “Aluih Kreasi”. Sampai disana, Bang Fahrinya ngga ada L. Proposal pun kami tinggalkan pada kakak dan abang yang ada disana.
Sudah hampir 2.5 tahun aku menjadi penghuni Bukittinggi, tapi belum semua tempat terjelajahi, termasuk Rumah Bung Hatta. Padahal sudah berkali-kali aku melewatinya. Masuk kesana saja tidak dipungut biaya. Rasa penasaranku semakin kuat setelah membaca blog Bundo http://ladangjiwa.com/2644/yang-terlewatkan-rumah-kelahiran-bung-hatta (Disini lebih lengkap dan lebih datail info mengenai Rumah Bung Hattanya :) ).
So, siang itu 17 November 2012 setelah mengantar proposal kami mengunjungi rumah Bung Hatta.
Sebelum masuk, ibu penjaga mewanti-wanti: “SEMUA barang yang ada didalam, meja, kursi, tempat tidur tidak boleh dipegang apa lagi diduduki. Pintu diatas tidak boleh dibuka.”Dengan anggukan, kami mengiyakan.
Tidak disangka, kakak yang menggunakan rok dan jilbab biru tadi masi disana. Masih ayik shooting. Kelompok itu masih disini, belum  meninggalkan lokasi, masih berpura-pura, memerankan.
Bang Fahri.! Dia bagian dari mereka. Bang Fahri ada disini juga, kediaman Bung Hatta.
Kesempatan, kamipun berfoto, bercerita dan sharing. Bang Fahri dan Kakak berbaju biru itu adalah Bujang dan Gadih Bukittinggi, Mereka sedang menjalankan tugas membuat vidio untuk mempromosikan kebudayaan dan tempat-tempat wisata yang ada di Bukittinggi. Setelah puas dilantai satu, kami pun menuju lantai dua.




O’o…. Rumah Bung Hatta tiba-tiba rame oleh orang-orang berseragam merah. Ternyata mereka adalah karyawan, manager dan jajaran One Heart yang sedang berkunjung ke Bukittinggi. Tidak hanya itu, kami juga bertemu beberapa anak-anak SD.

Setealah puas berkunjung dan melihat-lihat foto Bung Hatta kecil beserta anggota keluarganya, kami melanjutkan perjalanan untuk memenuhi kebutuhan rohani dan fisiologis.
Menuju jenjang 40 to Masjid Raya. Beberapa meter meninggalkan kediaman Bung Hatta, sebuah Yaris Putih mendatangi kami dari arah berlawanan. “TUDUBBRRAAAACCCCKKKK! Spion mobil menyenggol tas kami. Saya, Ipi, Riri dan seorang ibu-ibu yang berada didekat kami kaget. Beberapa detik turun ke alam bawah sadar. Yaris terhenti. Ngga tau lagi, ntah tasi siapa yang kena. Ntah siapa yang salah. Kami yang terlalu mepet kebadan jalan atau malah Yarisnya yang terlalu mepet ke trotoar. Sepersekian detik kemudian kami tersadar, berlari, menyebrang jalan dan meninggalkan Yaris. Takut si pemilik Yaris menuntut kami. Sesekali kami menoleh kebelakang, mengintip Yaris tadi, masih disanakah atau sudah pergi.
Jenjang 40 sudah didepan mata, satu persatu tangga kami naiki. Ngosngosan hingga tangga terlewati. Masjid Raya, Wudhu, Shalat Dzuhur, kemudian masuk pasar.
Mumpung kliatan yang dicari, Ii menyempatkan diri. Berbelanja sandal Khas Minang, setelah itu mengisi perut. “Nasi Goreng ditengah Pasar”. Nasi Goreng yang harusnya Rp. 9.000,00.-/ porsinya. Di tangan Ipi bisa jadi Rp. 6.000,00.- saja.
“Wow, Amazing.!” :D :D :D
Hal unik dari warung ini adalah MIXERnya. Biasanya ujung MIXER berbentuk bulatan besi dengan beberapa jari-jari. Nah, kalau MIXER si Bapak ini, sudah di Modif. Ujungnya berubah menjadi lidi. Dengan  kekuatan listrik, Lidi berputar sangat kencang mengunjang gelas yang berisi kuning telur. Deru suaranya memacu tenaga lidi-lidi tadi hingga kuning telur lumer, berubah kembang sekembang-kembangnya. Hehehehehe
Benar-benar pengalaman yang menakjubkan. Hal ini tak akan dapat dibeli dengan uang. Super sekali… J J J
Gini ni balasannya jika kita melakukannya dengan iklas J
Seru banget.. J
Meski aku ngga jadi nonton konser kotak. Tak masalah.. :D
Akhir ketikan, kamipun kembali ke kampus dan melaporkan perkembangan.

3 komentar:

  1. hhahaha,,, nah ini dia satu lagi kesempatan ituuu,, ucapkan alhamdulillah mbak,,
    semoga masih banyak kesempatan-kesempatan hebat lainnya :)

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah.. :)

    Ayo,,,, bagian ii nulis tentang Bung Hatta nya ya... ;)

    BalasHapus
  3. hhahahha.. iyaa ,bak semoga ii dapat feel nya yaaa.. :)

    BalasHapus