Ini postingan pertama di blog ku.. :)
Dan Puasa pertama ku juga di Ramadhan kali ini :)
Semoga hari ini berjalan lancar.. :)
Sekedar share, ini tugas bahasa Indonesia ku untuk membuat karangan,,,
Dan Puasa pertama ku juga di Ramadhan kali ini :)
Semoga hari ini berjalan lancar.. :)
Sekedar share, ini tugas bahasa Indonesia ku untuk membuat karangan,,,
KERLAP-KERLIP HIDUPKU
Emmppp..
ketika harus ditugaskan untuk menulis karanagan ini, aku begitu bingung ingin
menulis apa. Banyak hal yang bercampur aduk di dalam fikiranku. Ntah itu
pemilihan tema, harus memulai darimana hingga memilih jenis karangan apa yang
mestinya aku ketikkan disini. Deskripsikah, narasi, eksposisi, argumentasi atau
apa ya..? “Plinplan” kata ini
sepertinya cocok untukku.
Ok,
aku dikejar deatline. Maka dengan penuh semangat, ku buka laptopku, dan
mulailah aku menetik. Ibarat pejuang di medan perang, dengan semangat empat
lima ku kerahkan seluruh tenaga, kupusatkan fikiran pada karangan ku ini.
Semoga saja ibu Zurmiyetri dengan senang hati mencantumkan symbol “A” untuk
kerja kerasku malam ini. Hehehehe :D
Ya,
memang benar ini adalah kesalahanku. Kesalahanku telah lalai menyelesaikan
tugas ini, salah karena hanya memikirkan dan tidak bertindak secepatnya.
Ide-ide yang muncul tidak segera ku realisasikan, aku membiarkan diriku hanyut
dalam mimpi-mimpi dan khayalan-khayalan. Karena aku adalah seorang wanita yang
senang bermain di dalam fatamorgana ketidakpastian dan maya. Walaupun aku tahu
itu tidak kan baik bagiku. Hufh.! Kesenangan sesaat.! Pastikah? Mungkinkah
sebuah fatamorgana dapat berubah menjadi nyata? Bukankah tempat itu akan
menjadikanku terjerumus kedalam kesesatan dan membuatmu semakin lelah, semakin
haus dan semakin lapar? Aku harus sadar, membuat diriku tetap terjaga, berhenti
bermimpi dan bermain-main di tempat yang tidak pasti itu.
Seperti
yang biasa aku lakukan disetiap pagi, membuat schedule untuk kegiatan harianku.
Merencanakan hal apa yang harus aku lakukan, dan menkonsepkannya dipikiranku. Sayangnya,
ketika aku mulai bangun dari tempat tidur hingga aku akan tidur lagi semua yang
telah aku rencanakan jarang ada yang berhasil aku lakukan. Memprihatikan
sekali. Aku membodohi diriku sendiri. Harusnya aku tidak melakukan ini.
Lihatlah, berkat kelalaianku aku berhasil membuat diriku menunda penyelesaian
tugas karangan dan menyiksa diri dengan melakukan romusa pada diriku sendiri.
Teramat sangat kejam. Sepertinya malam ini aku akan bergadang dan tidak akan
memberi kesempatan beristirahat pada tubuhku, apa lagi sampai berkunjung ke
dunia mimpi sebelum karangan ini selesai.
Yang
aku butuhkan sekarang adalah tindakan, bukan hanya omongan. Aku harus bisa
meyakinkan diriku sendiri. Dan aku percaya, aku pasti bisa J. “Bertindak”!. Seperti pesan dari salah seorang sahabatku “Pensil itu
tidak harus runcing untuk menulis. Seperti halnya rencana, tidak harus sempurna
barulah kita memulai. Bertindaklah sahabat” J
Dan
inilah tindakanku. Menceritakan beberapa pengalamanku sebagai suatu
pembelajaran. Semoga, dapat
menginspirasi. J
Allah Itu Ada
Aku adalah anak pertama dari dua
bersaudara, cucu pertama dikeluargaku. Aku sayang bapak, ibuk, mbah putri,
almarhum mbah kakung dan semua keluargaku. Mbah putri mengajarkanku banyak hal.
Beliau selalu mengingatkanku, apalagi mengenai hal-hal yang berbau keagamaan.
Salah satunya adalah mengingatkan untuk selalu membaca do’a awal tahun sehabis
magrib. Biasanya, ketika akan masuk bulan syawal mbah selau mengingatkan ku
untuk berdoa setelah menunaikan ibadah shalat magrib. Beliau selalu berkata
“Wara, jangan lupa nanti baca do’a awal tahun sehabis magrib tiga kali ya. Niat
pertama, Ya Allah panjangkanlah umurku agar aku dapat beribadah kepadamu. Niat
ke dua, Ya Allah berikanlah aku kesehatan agar aku dapat beribadah kepadamu.
Dan niat ketiga dilimpahkan rezeki yang banyak. Beliau selalu saja punya
pengalaman seru dan menyempatkan diri untuk berbagi cerita denganku. Ketika
bersama, waktu serasa begitu cepat
berlalu.
Pengalaman yang tak pernah terlupakan olehku, yang
membuatku percaya akan adanya Allah. Sore itu, sehabis bermain bersama
sepupu-sepupuku aku kebelakang rumah untuk mengambil buah jambu. Dengan cepat
dan sigap aku memanjat pohon itu. Buah-buah yang menggiurkan telah menantiku.
Tiba-tiba, ketika tanganku mulai menjangkau ujung buah yang begitu merah, aku
dikagetkan dengan sarang tawon dengan banyak tawon disana. Sontak aku terkaget.
Aku mulai gemetar dan ketakutan. Aku mulai bimbang dan ragu. Melanjutkan missi
ini atau mengakhirinya. Yang jelas, semua sama saja. Mau aku turun atau tidak
sarangnya pasti akan terganggu. Satu-satunya jalan adalah aku harus berdiam
diri dan tetap mempertahankan posisiku.Beruntung karena mbah putri segera
datang. Sebenarnya kedatangan mbah kesana adalah untuk membersihkan halaman
belakang. Seperti seorang penyihir mbah langsung tahu permasalahanku. Beliau
kemudian menyuruhku untuk membaca ayat kursi, beliau bilang “Jambunya diambil
aja, ngga papa kok. Yang penting niatnya bukan untuk mengganggu. Hati-hati ya,
jangan lupa baca ayat kursi”. Aku mengerjakan yang beliau katakan. Setelah
mendapatkan jambunya, aku turun perlahan dan hati-hati. Walaupun sarang
tawonnya terganggu oleh gerakannku, tetapi para tawon tidak menyerbuku. Aku
sangat bersyukur. Sejak saat itu, aku percaya Allah akan selalu melindungiku.
Jangan Lihat Dari Kulitnya
Ngomong-ngomong
soal jambu, hari ini, 16 April 2012 om fotocopy Reva memberiku sekantong jambu.
Emmppp? Emang o’om yang ngasih, tapi atas permintaanku. Tiga hari yang lalu aku
meminta o’om membawakan jambu untukku, kebetulan dirumah om pohon jambunya lagi
berbuah lebat. Sayangnya, kali ini aku diberi jambu yang bentukknya ngga
karuan. Kulit luar jambu retak-retak seperti bibir kering, akan lebih tepat
bila dianalogikan dengan keadaan tanah yang dilanda kemarau selama satahun.
Bentuk buahnya teramat sangat mengerikan. Jika dilihat mungkin ni jambu ngga
layak buat dikonsunsi. Walau begitu, rasanya nyamy.! Didalamnya begitu putih,
bersih tak berulat.
Jambu
ini mengingatkanku pada Rian. Teman keduaku di awal masuk kuliah setelah Dila.
Perkenalan pertama memberikan kesan yang kurang baik. Sepertinya waktu itu aku
terkena bias. Cara bicaranya yang blak-blakan, menjawab pertanyaan yang simpel
serta penampilannya, membuatku berfikir bahwa dia adalah orang yang kurang
baik. Dulu aku juga sempat berfikir bahwa dia berteman bila ada perlunya saja.
Bayangin aja, masa dia mengirimi ku pesan cuma buat minjem tugas. Hanya setiap
meminjam tugas dia meng’sms ku. Sedangkan di kampus, dia begitu cuek dan tidak
mengenaliku. Bukan hanya itu, dilihat dari teman-temannya, sepertinya dia
adalah perokok aktif.
Ternyata,
setelah beberapa minggu berinteraksi dengannya barulah aku tahu kalau dia bukan
seorang perokok dan merupakan teman yang asyik serta baik. Easygoing banget
dech. Seratus delapan puluh derajat berbeda dari yang aku bayangkan. Tak ku
sangka dan tidak terduga, ternyata dia masuk universitas melalui jalur PMDK dan
dia adalah cowok yang rajin. Senang bisa kenal dia dan menjadi temannya. Dia
bisa diajak berdiskusi dan menyelesaikan tugas bersama-sama. Tidak seperti cowo-cowo
lain yang hanya numpang nama jika mengerjakan tugas kelompok.
Jadi,
jangan nilai orang berdasarkan sampul luarnya. Baik atau buruknya seseorang
tidak bisa dinilai dari penampilannya.
Kesadaran itu Penting
Empat Juli 2011 adalah hari dimana Lembar Hasil Studi (LHS) untuk semester
dua sudah dapat dilihat. Alhamdullillah.. Terimakasih Ya Allah, Engkau telah
menjamah dan mengabulkan do’a ku. Aku senang, targetku untuk tiap semesternya
tercapai lagi J. Yaitu IPK diatas
tiga koma lima. Disemester satu aku bisa mencapai tiga koma enam empat,
sekarang disemester dua aku hanya bisa mencapai tiga koma lima dua. Walaupun indeks
prestasinya menurun,tetapi aku harus tetap bersyukur karena aku telah mencapai
target.
Aku
yakin, ngga ada yang sia-sia. Semuanya sesuai dengan usaha yang telah kita
lakukan. Kerja keras yang telah dilaksanakan dan do’a yang telah dipanjatkan. Intinya
adalah “Lakukan yang terbaik”.
Aku
tahu batas kemampuanku dan aku menyadari seberapa besar usaha yang telah aku
lakukan untuk mencapai tujuan-tujuanku. Jadi, wajar saja aku dapat memprediksi
hasil seperti apa yang akan aku dapatkan nanti.
Pengalaman
membuatku mengerti, mengerti dengan tindakan apa yang harus aku lakukan. Jujur,
aku memang bukan orang yang jujur dalam melaksanakan ujian. Terkadang, aku juga
meminta bantuan pada teman untuk menyelesaikan soal-soal ujian. Tetapi, suatu
waktu aku merasakan baaimana rasanya kecewa. Sakit hati memang, tapi aku harus
menerimanya.
Waktu itu aku melaksanakan ujian
Bahasa Jepang disekolah. Sebelum ujian aku sudah mempersiapkan diri dengan
belajar. Mempersiapkan? Sepertinya itu bukan kata-kata yang tepat. Belajarnya
sepuluh menit sebelum ujian, apakah itu cocok untuk dikatakan dengan
mempersiapkan diri? Sepertinya tidak. Yang penting, aku telah belajar sedangkan
temanku samasekali tidak. Ia pintar mencontoh dan gesit mencari jawaban
ketetangga-tetangga (teman disamping kiri, kanan, depan dan belakang).
Ketika menerima hasil, ia mendapat
nilai yang lebih tinggi dari nilaiku. Betapa kesalnya aku waktu itu. Aku
belajar, dia tidak. Tapi, kenapa dia mendapatkan nilai yang bagus, jauh lebih
tinggi dari nilai yang aku peroleh. Terkadang, aku membenci diriku sendiri.
Kenapa sih penyesalan itu datangnya belakangan. Aku tidak bisa mengkambing hitamkan
sesuatu atas kesalahanku sendiri. Padahal dia lebih salah dariku. Hanya saja,
keberuntungan lebih berpihak padanya. Sejak saat itu, aku bertekad untuk
belajar lebih giat dan mempercayai diri sendiri. Aku tidak ingin membodohi
diriku terus, aku akan berusaha untuk menjadi kebih baik. Hingga terciptalah
motto hidupku “Kerjakan semua yang bisa
aku kerjakan, selagi itu baik, menguntungkan dan tidak merugikan siapapun. Yang
penting, berusaha sekuat tenaga dan terima hasilnya dengan lapang dada”.
Aku
akan berusaha untuk meraih cita-cita, membuat orang tuaku bangga dan mewujudkan
mimpi-mimpi yang telah aku bangun. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar