Sabtu, 21 Juli 2012

Posting Pertama

Ini postingan pertama di blog ku.. :)
Dan Puasa pertama ku juga di Ramadhan kali ini :)
Semoga hari ini berjalan lancar.. :)



Sekedar share, ini tugas bahasa Indonesia ku untuk membuat karangan,,,



KERLAP-KERLIP HIDUPKU
            Emmppp.. ketika harus ditugaskan untuk menulis karanagan ini, aku begitu bingung ingin menulis apa. Banyak hal yang bercampur aduk di dalam fikiranku. Ntah itu pemilihan tema, harus memulai darimana hingga memilih jenis karangan apa yang mestinya aku ketikkan disini. Deskripsikah, narasi, eksposisi, argumentasi atau apa ya..? “Plinplan” kata ini sepertinya cocok untukku.
            Ok, aku dikejar deatline. Maka dengan penuh semangat, ku buka laptopku, dan mulailah aku menetik. Ibarat pejuang di medan perang, dengan semangat empat lima ku kerahkan seluruh tenaga, kupusatkan fikiran pada karangan ku ini. Semoga saja ibu Zurmiyetri dengan senang hati mencantumkan symbol “A” untuk kerja kerasku malam ini. Hehehehe :D
            Ya, memang benar ini adalah kesalahanku. Kesalahanku telah lalai menyelesaikan tugas ini, salah karena hanya memikirkan dan tidak bertindak secepatnya. Ide-ide yang muncul tidak segera ku realisasikan, aku membiarkan diriku hanyut dalam mimpi-mimpi dan khayalan-khayalan. Karena aku adalah seorang wanita yang senang bermain di dalam fatamorgana ketidakpastian dan maya. Walaupun aku tahu itu tidak kan baik bagiku. Hufh.! Kesenangan sesaat.! Pastikah? Mungkinkah sebuah fatamorgana dapat berubah menjadi nyata? Bukankah tempat itu akan menjadikanku terjerumus kedalam kesesatan dan membuatmu semakin lelah, semakin haus dan semakin lapar? Aku harus sadar, membuat diriku tetap terjaga, berhenti bermimpi dan bermain-main di tempat yang tidak pasti itu.
            Seperti yang biasa aku lakukan disetiap pagi, membuat schedule untuk kegiatan harianku. Merencanakan hal apa yang harus aku lakukan, dan menkonsepkannya dipikiranku. Sayangnya, ketika aku mulai bangun dari tempat tidur hingga aku akan tidur lagi semua yang telah aku rencanakan jarang ada yang berhasil aku lakukan. Memprihatikan sekali. Aku membodohi diriku sendiri. Harusnya aku tidak melakukan ini. Lihatlah, berkat kelalaianku aku berhasil membuat diriku menunda penyelesaian tugas karangan dan menyiksa diri dengan melakukan romusa pada diriku sendiri. Teramat sangat kejam. Sepertinya malam ini aku akan bergadang dan tidak akan memberi kesempatan beristirahat pada tubuhku, apa lagi sampai berkunjung ke dunia mimpi sebelum karangan ini selesai.
            Yang aku butuhkan sekarang adalah tindakan, bukan hanya omongan. Aku harus bisa meyakinkan diriku sendiri. Dan aku percaya, aku pasti bisa J. “Bertindak”!. Seperti pesan dari salah seorang sahabatku “Pensil itu tidak harus runcing untuk menulis. Seperti halnya rencana, tidak harus sempurna barulah kita memulai. Bertindaklah sahabat” J
            Dan inilah tindakanku. Menceritakan beberapa pengalamanku sebagai suatu pembelajaran. Semoga,  dapat menginspirasi. J
           
Allah Itu Ada
Aku adalah anak pertama dari dua bersaudara, cucu pertama dikeluargaku. Aku sayang bapak, ibuk, mbah putri, almarhum mbah kakung dan semua keluargaku. Mbah putri mengajarkanku banyak hal. Beliau selalu mengingatkanku, apalagi mengenai hal-hal yang berbau keagamaan. Salah satunya adalah mengingatkan untuk selalu membaca do’a awal tahun sehabis magrib. Biasanya, ketika akan masuk bulan syawal mbah selau mengingatkan ku untuk berdoa setelah menunaikan ibadah shalat magrib. Beliau selalu berkata “Wara, jangan lupa nanti baca do’a awal tahun sehabis magrib tiga kali ya. Niat pertama, Ya Allah panjangkanlah umurku agar aku dapat beribadah kepadamu. Niat ke dua, Ya Allah berikanlah aku kesehatan agar aku dapat beribadah kepadamu. Dan niat ketiga dilimpahkan rezeki yang banyak. Beliau selalu saja punya pengalaman seru dan menyempatkan diri untuk berbagi cerita denganku. Ketika bersama, waktu  serasa begitu cepat berlalu.
 Pengalaman yang tak pernah terlupakan olehku, yang membuatku percaya akan adanya Allah. Sore itu, sehabis bermain bersama sepupu-sepupuku aku kebelakang rumah untuk mengambil buah jambu. Dengan cepat dan sigap aku memanjat pohon itu. Buah-buah yang menggiurkan telah menantiku. Tiba-tiba, ketika tanganku mulai menjangkau ujung buah yang begitu merah, aku dikagetkan dengan sarang tawon dengan banyak tawon disana. Sontak aku terkaget. Aku mulai gemetar dan ketakutan. Aku mulai bimbang dan ragu. Melanjutkan missi ini atau mengakhirinya. Yang jelas, semua sama saja. Mau aku turun atau tidak sarangnya pasti akan terganggu. Satu-satunya jalan adalah aku harus berdiam diri dan tetap mempertahankan posisiku.Beruntung karena mbah putri segera datang. Sebenarnya kedatangan mbah kesana adalah untuk membersihkan halaman belakang. Seperti seorang penyihir mbah langsung tahu permasalahanku. Beliau kemudian menyuruhku untuk membaca ayat kursi, beliau bilang “Jambunya diambil aja, ngga papa kok. Yang penting niatnya bukan untuk mengganggu. Hati-hati ya, jangan lupa baca ayat kursi”. Aku mengerjakan yang beliau katakan. Setelah mendapatkan jambunya, aku turun perlahan dan hati-hati. Walaupun sarang tawonnya terganggu oleh gerakannku, tetapi para tawon tidak menyerbuku. Aku sangat bersyukur. Sejak saat itu, aku percaya Allah akan selalu melindungiku.

Jangan Lihat Dari Kulitnya
            Ngomong-ngomong soal jambu, hari ini, 16 April 2012 om fotocopy Reva memberiku sekantong jambu. Emmppp? Emang o’om yang ngasih, tapi atas permintaanku. Tiga hari yang lalu aku meminta o’om membawakan jambu untukku, kebetulan dirumah om pohon jambunya lagi berbuah lebat. Sayangnya, kali ini aku diberi jambu yang bentukknya ngga karuan. Kulit luar jambu retak-retak seperti bibir kering, akan lebih tepat bila dianalogikan dengan keadaan tanah yang dilanda kemarau selama satahun. Bentuk buahnya teramat sangat mengerikan. Jika dilihat mungkin ni jambu ngga layak buat dikonsunsi. Walau begitu, rasanya nyamy.! Didalamnya begitu putih, bersih tak berulat.
            Jambu ini mengingatkanku pada Rian. Teman keduaku di awal masuk kuliah setelah Dila. Perkenalan pertama memberikan kesan yang kurang baik. Sepertinya waktu itu aku terkena bias. Cara bicaranya yang blak-blakan, menjawab pertanyaan yang simpel serta penampilannya, membuatku berfikir bahwa dia adalah orang yang kurang baik. Dulu aku juga sempat berfikir bahwa dia berteman bila ada perlunya saja. Bayangin aja, masa dia mengirimi ku pesan cuma buat minjem tugas. Hanya setiap meminjam tugas dia meng’sms ku. Sedangkan di kampus, dia begitu cuek dan tidak mengenaliku. Bukan hanya itu, dilihat dari teman-temannya, sepertinya dia adalah perokok aktif.
            Ternyata, setelah beberapa minggu berinteraksi dengannya barulah aku tahu kalau dia bukan seorang perokok dan merupakan teman yang asyik serta baik. Easygoing banget dech. Seratus delapan puluh derajat berbeda dari yang aku bayangkan. Tak ku sangka dan tidak terduga, ternyata dia masuk universitas melalui jalur PMDK dan dia adalah cowok yang rajin. Senang bisa kenal dia dan menjadi temannya. Dia bisa diajak berdiskusi dan menyelesaikan tugas bersama-sama. Tidak seperti cowo-cowo lain yang hanya numpang nama jika mengerjakan tugas kelompok.
            Jadi, jangan nilai orang berdasarkan sampul luarnya. Baik atau buruknya seseorang tidak bisa dinilai dari penampilannya.

Kesadaran itu Penting
Empat Juli 2011 adalah hari  dimana Lembar Hasil Studi (LHS) untuk semester dua sudah dapat dilihat. Alhamdullillah.. Terimakasih Ya Allah, Engkau telah menjamah dan mengabulkan do’a ku. Aku senang, targetku untuk tiap semesternya tercapai lagi J. Yaitu IPK  diatas tiga koma lima. Disemester satu aku bisa mencapai tiga koma enam empat, sekarang disemester dua aku hanya bisa mencapai tiga koma lima dua. Walaupun indeks prestasinya menurun,tetapi aku harus tetap bersyukur karena aku telah mencapai target.
            Aku yakin, ngga ada yang sia-sia. Semuanya sesuai dengan usaha yang telah kita lakukan. Kerja keras yang telah dilaksanakan dan do’a yang telah dipanjatkan. Intinya adalah “Lakukan yang terbaik”.
            Aku tahu batas kemampuanku dan aku menyadari seberapa besar usaha yang telah aku lakukan untuk mencapai tujuan-tujuanku. Jadi, wajar saja aku dapat memprediksi hasil seperti apa yang akan aku dapatkan nanti.
            Pengalaman membuatku mengerti, mengerti dengan tindakan apa yang harus aku lakukan. Jujur, aku memang bukan orang yang jujur dalam melaksanakan ujian. Terkadang, aku juga meminta bantuan pada teman untuk menyelesaikan soal-soal ujian. Tetapi, suatu waktu aku merasakan baaimana rasanya kecewa. Sakit hati memang, tapi aku harus menerimanya.
Waktu itu aku melaksanakan ujian Bahasa Jepang disekolah. Sebelum ujian aku sudah mempersiapkan diri dengan belajar. Mempersiapkan? Sepertinya itu bukan kata-kata yang tepat. Belajarnya sepuluh menit sebelum ujian, apakah itu cocok untuk dikatakan dengan mempersiapkan diri? Sepertinya tidak. Yang penting, aku telah belajar sedangkan temanku samasekali tidak. Ia pintar mencontoh dan gesit mencari jawaban ketetangga-tetangga (teman disamping kiri, kanan, depan dan belakang).
Ketika menerima hasil, ia mendapat nilai yang lebih tinggi dari nilaiku. Betapa kesalnya aku waktu itu. Aku belajar, dia tidak. Tapi, kenapa dia mendapatkan nilai yang bagus, jauh lebih tinggi dari nilai yang aku peroleh. Terkadang, aku membenci diriku sendiri. Kenapa sih penyesalan itu datangnya belakangan. Aku tidak bisa mengkambing hitamkan sesuatu atas kesalahanku sendiri. Padahal dia lebih salah dariku. Hanya saja, keberuntungan lebih berpihak padanya. Sejak saat itu, aku bertekad untuk belajar lebih giat dan mempercayai diri sendiri. Aku tidak ingin membodohi diriku terus, aku akan berusaha untuk menjadi kebih baik. Hingga terciptalah motto hidupku “Kerjakan semua yang bisa aku kerjakan, selagi itu baik, menguntungkan dan tidak merugikan siapapun. Yang penting, berusaha sekuat tenaga dan terima hasilnya dengan lapang dada”.
            Aku akan berusaha untuk meraih cita-cita, membuat orang tuaku bangga dan mewujudkan mimpi-mimpi yang telah aku bangun. J




Tidak ada komentar:

Posting Komentar