Setelah mengotak atik isi dokumen-dokumen W, W menemukan tulisan (karangan) yang lagi-lagi ngga W selesaikan.
Emmmppp,,,,
Dari pada tersimpan, mending W postkan. Hhe
Emmmppp,,,,
Dari pada tersimpan, mending W postkan. Hhe
Sekarang aku sadar, mungkin memang bukan dia
orang yang selama ini aku tunggu, mungkin memang bukan dia orang yang dapat
membimbing ku, mungkin memang bukan dia orang yang cocok menjadi pacarku. Apapun yang terjadi, aku harus tetap
bersyukur meskipun dia belum bisa aku alihkan, meskipun dia tidak akan pernah
bisa menghilang dari fikiran ku dan meskipun aku memungkiri kalau ternyata aku
memang sayang pada nya.
Perjalanan
yang begitu jauh dan melelahkan. Akhirnya aku sampai juga di rumah kakek dan
nenek. Siang yang begitu panas, terik
matahari begitu menyilaukan mata, siang ini aku mengistirahatkan tubuhku di
atas sebuah sofa. Benar-benar suatu hal yang membosankan bagiku berada disini,
di rumah nenek dan kakek yang terletak di jalan lintas dengan udara penuh
polusi, begitu bising, berbagai kendaraan lalu lalang tanpa henti. Dengan
membandingkan intensitas suara yang ada, tidak akan terlihat perbedaan antara
siang dan malam.
“Kenapa ya tidak ada yang
mengirimi ku pesan siang ini. Aku butuh teman buat sms’an,berada disini sangat
membuat ku bosan, ditambah lagi aku tidak boleh main ke pusat kota oleh mama.
Padahal umur ku kan sudah 16 tahun.! Seharusnya aku bisa bebas kemana pun yang
aku suka.! Hufh, mending aku ikut Kakek, Papa dan Thomas-adik laki-laki ku-pergi
memancing. Dari pada harus berdiam disini, Mama dan Nenek malah sibuk
menyiapkan makan siang dan aku sama sekali tidak di bolehkan membantu mereka.
Aku rasa ini sebuah kesalahan, seharusnya mereka membolehkan ku untuk ikut
membantu. Aku kan seorang anak perempuan, tidak seharusnya aku seperti ini.
Hanya duuduk dan memandangi sesuatu yang tidak penting, sementara nenek dan
mama bekerja di dapur.” Aku mulai berguman dan mengeluh dalam hati.
Tiba-tiba, aku teringat sebuah
nomor tak dikenal yang memangggil ku
selama beberapa hari ini. Panggilan itu tidak sempat aku angkat karna aku
sedang dalam perjalanan. Tiba-tiba dengan begitu iseng aku berinisiatif untuk
mengirimkan pesan pada nomor ini. Mulailah aku mengetik sebuah sms.
“lagi pada ngapain nech???”
Satu tujuan, hanya nomor ini
yang aku sms. Pemilik nomor ini merupakan seseorang yang aku sendiri tidak tau
siapa orangnya, seseorang yang belum pernah aku temui, namanya pun tak aku
ketahui. Memang terlihat seperti send to
all. Tapi sebenarnya tidak. Terus terang, aku lagi malas sms teman-temanku. Secara
mereka lagi berlibur. Ngga mungkin aku mengganggu liburan mereka. Pacar pun tak
punya, aku baru saja memutuskannya sekitar dua bulan yang lalu, rasanya ngga
mungkin aku sms mantan ku.
Sangat cepat, hanya sekitar
semenit kemudian, sms balasan datang.
“Lagi main gitar nech, kamu
siapa?”
Dari
sini lah kisahku dan dia dirmulai, sebuah kisah yang membuat ku dapat mengerti
dan belajar akan sebuah cinta, keminderan, bersosialisasi dan kekaguman.
“Lha kok malah nanya, nomor kamu
yang menyusup secara tidak sopan ke posel ku. Masa nomornya masuk tanpa
identitas.” Dengan begitu lancar aku membuat ketikan.
“Tapi kamu kan yang sms aku
duluan, kamu siapa?”
“Wach, kamu ngga tau ya cara
kenalan yang baik, bukan begitu caranya”. Akupun mulai kesal.
Setelah aku membalas smsnya,
tiba-tiba dia langsung menelpon ku.
Kita telponan dan ngobrol panjang.
“Hallo, salam kenal ya. Aku Izem
kamu siapa?”
“Aku Siska, slam kenal juga J. Kamu anak mana???
Akhirnya kita berkenalan dan
mulai bercerita panjang lebar. Dia menceritakan tentang dirinya, keluarganya
dan berbagai hal. Akupun begitu. Walau belum pernah bertemu, tetapi aku dan dia
selalu berkirim kabar. Ia begitu perhatian dan memberikan kesan yang baik ke
padaku. Selalu begitu.
Sayang
tempat tinggal kami berbeda. Begitu jauh, karna kita beda provinsi. Walau
begitu, tetap saja, harusnya aku bisa
bertemu dia, karna jarak sekolahnya ke rumahku hanya dibatasi waktu setengah
jam. Aku mulai menyukainnya, curhat kepadanya dan dia pun bersedia membantuku
kapanpun jika ia sanggup. Belum ada permintaanku yang ia tolak.
Sayangnya kami masih belum pernah berjumpa,
padahal kami sudah menjadi teman selama 5 bulan. Aku tau ia begitu sibuk karena
ia teramat sangat aktif dalam berbagai organisasi. Aku memandangnya sebagai
orang yang cerdas, pintar dan bertanggung jawab.
Kesan pertama yang baik,teman
curhat yang asik. Kita mulai dekat, saling mengenal satu sama lain. Mengenal
satu sama lain??? Ku rasa tidak.! Face, kita sama sekali belum mengenal wajah
masing-masing, maksudku bertatap muka langsung tanpa perantara web atau apalah.
Komunikasi hanya dilakukan melaui telpon,sms dan chatting di jejaring social.
Satu hal yang membuatku heran,
kenapa disetiap perbincangan dia selalu membicarakan tentang orang cacat,
orang-orang yang tidak sempurna dan apakah aku mau berteman dengan orang-orang
seperti mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar