Rabu, 25 Juli 2012

Tanpa Judul

Setelah mengotak atik isi dokumen-dokumen W, W menemukan tulisan (karangan) yang lagi-lagi ngga W selesaikan.
Emmmppp,,,,
Dari pada tersimpan, mending W postkan. Hhe


Sekarang aku sadar, mungkin memang bukan dia orang yang selama ini aku tunggu, mungkin memang bukan dia orang yang dapat membimbing ku, mungkin memang bukan dia orang yang cocok menjadi pacarku.  Apapun yang terjadi, aku harus tetap bersyukur meskipun dia belum bisa aku alihkan, meskipun dia tidak akan pernah bisa menghilang dari fikiran ku dan meskipun aku memungkiri kalau ternyata aku memang sayang pada nya.

Perjalanan yang begitu jauh dan melelahkan. Akhirnya aku sampai juga di rumah kakek dan nenek. Siang  yang begitu panas, terik matahari begitu menyilaukan mata, siang ini aku mengistirahatkan tubuhku di atas sebuah sofa. Benar-benar suatu hal yang membosankan bagiku berada disini, di rumah nenek dan kakek yang terletak di jalan lintas dengan udara penuh polusi, begitu bising, berbagai kendaraan lalu lalang tanpa henti. Dengan membandingkan intensitas suara yang ada, tidak akan terlihat perbedaan antara siang dan malam.
                “Kenapa ya tidak ada yang mengirimi ku pesan siang ini. Aku butuh teman buat sms’an,berada disini sangat membuat ku bosan, ditambah lagi aku tidak boleh main ke pusat kota oleh mama. Padahal umur ku kan sudah 16 tahun.! Seharusnya aku bisa bebas kemana pun yang aku suka.! Hufh, mending aku ikut Kakek, Papa dan Thomas-adik laki-laki ku-pergi memancing. Dari pada harus berdiam disini, Mama dan Nenek malah sibuk menyiapkan makan siang dan aku sama sekali tidak di bolehkan membantu mereka. Aku rasa ini sebuah kesalahan, seharusnya mereka membolehkan ku untuk ikut membantu. Aku kan seorang anak perempuan, tidak seharusnya aku seperti ini. Hanya duuduk dan memandangi sesuatu yang tidak penting, sementara nenek dan mama bekerja di dapur.” Aku mulai berguman dan mengeluh dalam hati.
                Tiba-tiba, aku teringat sebuah nomor tak dikenal yang  memangggil ku selama beberapa hari ini. Panggilan itu tidak sempat aku angkat karna aku sedang dalam perjalanan. Tiba-tiba dengan begitu iseng aku berinisiatif untuk mengirimkan pesan pada nomor ini. Mulailah aku mengetik sebuah sms.
                “lagi pada ngapain nech???”
                Satu tujuan, hanya nomor ini yang aku sms. Pemilik nomor ini merupakan seseorang yang aku sendiri tidak tau siapa orangnya, seseorang yang belum pernah aku temui, namanya pun tak aku ketahui.  Memang terlihat seperti send to all. Tapi sebenarnya tidak. Terus terang, aku lagi malas sms teman-temanku. Secara mereka lagi berlibur. Ngga mungkin aku mengganggu liburan mereka. Pacar pun tak punya, aku baru saja memutuskannya sekitar dua bulan yang lalu, rasanya ngga mungkin aku sms mantan ku.
                Sangat cepat, hanya sekitar semenit kemudian, sms balasan datang.
                “Lagi main gitar nech, kamu siapa?”
Dari sini lah kisahku dan dia dirmulai, sebuah kisah yang membuat ku dapat mengerti dan belajar akan sebuah cinta, keminderan, bersosialisasi dan kekaguman.
                “Lha kok malah nanya, nomor kamu yang menyusup secara tidak sopan ke posel ku. Masa nomornya masuk tanpa identitas.” Dengan begitu lancar aku membuat ketikan.
                “Tapi kamu kan yang sms aku duluan, kamu siapa?”
                “Wach, kamu ngga tau ya cara kenalan yang baik, bukan begitu caranya”. Akupun mulai kesal.
                Setelah aku membalas smsnya, tiba-tiba dia langsung menelpon ku.
                Kita telponan  dan ngobrol panjang.
                “Hallo, salam kenal ya. Aku Izem kamu siapa?”
                “Aku Siska, slam kenal juga J. Kamu anak mana???
                Akhirnya kita berkenalan dan mulai bercerita panjang lebar. Dia menceritakan tentang dirinya, keluarganya dan berbagai hal. Akupun begitu. Walau belum pernah bertemu, tetapi aku dan dia selalu berkirim kabar. Ia begitu perhatian dan memberikan kesan yang baik ke padaku. Selalu begitu.
Sayang tempat tinggal kami berbeda. Begitu jauh, karna kita beda provinsi. Walau begitu, tetap saja, harusnya  aku bisa bertemu dia, karna jarak sekolahnya ke rumahku hanya dibatasi waktu setengah jam. Aku mulai menyukainnya, curhat kepadanya dan dia pun bersedia membantuku kapanpun jika ia sanggup. Belum ada permintaanku yang ia tolak.
Sayangnya kami masih belum pernah berjumpa, padahal kami sudah menjadi teman selama 5 bulan. Aku tau ia begitu sibuk karena ia teramat sangat aktif dalam berbagai organisasi. Aku memandangnya sebagai orang yang cerdas, pintar dan bertanggung jawab.

                Kesan pertama yang baik,teman curhat yang asik. Kita mulai dekat, saling mengenal satu sama lain. Mengenal satu sama lain??? Ku rasa tidak.! Face, kita sama sekali belum mengenal wajah masing-masing, maksudku bertatap muka langsung tanpa perantara web atau apalah. Komunikasi hanya dilakukan melaui telpon,sms dan chatting di jejaring social.
                Satu hal yang membuatku heran, kenapa disetiap perbincangan dia selalu membicarakan tentang orang cacat, orang-orang yang tidak sempurna dan apakah aku mau berteman dengan orang-orang seperti mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar