Senin, 23 Juli 2012

Teori Enviromental (John Locke)

TEORI ENVIROMENTAL (JHON LOCKE)
Locke merupakan salah satu dari dua pelopor besar dalam bidang psikologi anak. Locke adalah bapak enviromentalisme dan teori belajar. Menurut pandanagan enviromentalisme, anak-anak menjadi dewasa lantaran pengasuhan dan pendidikan yang mereka terima. John Locke menyatakan bahwa anak-anak bukanlah baik dan buruk secara bawaan-sebaliknya mereka sama sekali tidak memiliki bawaan apapun. Jiwa anak-anak, kata Locke, merupakan sebuah tabula rasa, seperti kertas kosong, sehingga apapun pikiran  yang muncul darinya hampir sepenuhnya muncul dari pembelajaran dan pengalaman mereka.
Lingkungan dapat membentuk jiwa anak-anak melalui:
Ø  Proses asosiasi
Dua gagasan pasti selalu muncul bersama-sama serta teratur , sehingga kita tidak dapat memikirkan yang satu tanpa serentak memikirkan yang lain. Contonhya, jika seorang anak perempuan memiliki pengalaman buruk disuatu ruangan, maka si anak tidak dapat memesukinya tanpa merasakan secara otomatis perasaan negatif terhadap pengalaman itu.
Ø  Proses repetisi
Saat kita melalkukan sesuatuberkali-kali, menyikat gigi misalnya, maka praktik ini akan menjadi kebiasaan alamiah, dan kita langsung merasa tidak nyaman jika suatu saat gagal melakukannya.
Ø  Proses imitasi
Kita cenderung melakukan apa yang kita lihatdilakukan orang lain,sehingga model yang ada mempengaruhi karakter kita. Jika sering kali melihat orang-orang yang suka bertengkar, maka kita akan menjadi orang yang suka bertengkar; apabila kita lebih akrab dengan pikiran –pikiran terhormat, kitapun akan menjadi lebih terhormat nantinya.
Ø  Poses reward dan punishment
Locke menentang penggunaan hukuman fisik dan menentang penggunaan uang atau mainan sebagai hadiah karena akan merusak tujuan pendidikan. Menurut Locke, penghargaan terbaik adalah pujian dan sanjungan dan hukuman terburuk adalah ketidak setujuan. Ketika anak-anak bertindak dengan baik, kita mesti memuji mereka, membuat mereka merasa bangga; sebaliknya, waktu mereka bertindak buruk kita hanya boleh memberinya tatapan dingin, membuat mereka merasa malu. Anak-anak sangat sensitif terhadap persetujuan dan ketidak setujuan, khususnya dari orang tua mereka dan orang-orang yang kepadanya mereka bergantung. Karena itu kita dapat menggunakan reaksi-reaksi ini untuk menanamkan reaksi yang rasional dan baik.

LAPORAN HASIL WAWANCARA
            Hasil wawancara terkait reward and punishment menurut teori enviromental Jhon Locke dilakukan pada sabtu, 4 Juni 2011 yang dilakukan dengan mewawancarai tiga orang guru di Kota Solok.

Narasumber I
Nama                           : FD
Umur                           : 46 Tahun
Jenis Kelamin             : Perempuan
Pekerjaan                     : Guru Kimia
Menekuni pekerjaan ini sejak : 23 tahun yang lalu

Pewawancara  :“Dalam menggajar, metode pengajaran apa yang Ibu  pakai?”
Narasumber     :“Dengan diskusi informasi berupa tanya jawab, dengan eksperimen dan diskusi kelompok”
Pewawancara  :”Biasanya yang sering Ibu gunakan, metode yang mana?”
Narasumber     :”Tergantung materi. Misalnya dalam menentukan asan dan basa itu digunakan metode eksperimen”
Pewawancara  :”Kalau mengenai reward and punishment, biyasanya hukuman-hukuman berupa apa yang ibu berikan?”
Narasumber     :”Emmmp,, apa ya? Ibu jarang ngasih hukuman ke anak-anak.”
Pewawancara  :”Kalu misalnya, ada yang tidak mengerjakan tugas yang ibu berikan atau ada anak yang tidak mengerjakan PR, hukuman apa yang Ibu berikan?”
Narasumber     :”Kalau untuk tugas atau PR, pada umumnya bikin semua. Soalnya Ibu jarang memberikan tugas yang banyak buat anak-anak.”
Pewawancara  :”Kalau ada yang ribut gimana Bu?”
Narasumber     :”Kalau ribut ya, disuruh diam. Untuk ngobrol yang dilakukan oleh 2 orang anak ibu kasih peringatan, tapi kalau ada yang sudah dikasih peringatan dan dia tidak mengindahkan peringatan itu, terpaksa ibu pindahkan saja tempat duduknya. Sedangkan untuk anak-anak yang ributnya massal, byasanya Ibu diam sampai mereka selesai dan diam, setelah itu baru ibu lanjutkan lagi menerangkannya.”
Pewawancara  :”Kalau yang diusir dan disuruh keluar kelas ada nggak bu?”
Narasumber     :”Wach,,, kalu itu sich nggak ada. Ini kan pelajarannya susah.Untuk anak yang mengikuti pelajaran aja nggak semuanya yang bisa mengerti dengan baik, apa lagi kalau anak itu nggak diclass saat ibu menerangkan.”
Pewawancara  :“Kalau untuk reward, biyasanya ibu ngasih apa?”
Narasumber     :“Kalau ibu nggak pernah ngasih hadiah gitu. Biyasanya ibu cuma bilang dengan ucapan “bagus” “pintar”. Itu aja”

Narasumber II
Nama                           : ZY
Umur                           : 39 Tahun
Jenis Kelamin             : Perempuan
Pekerjaan                     : Guru Bahasa Inggris
Menekuni pekerjaan ini sejak : 14 tahun yang lalu

Pewawancara  :“Langsung aja ya bu, gimana sich bentuh reward and punishment yang sering ibu kasih ke murid ibu?”
Narasumber     :“Untuk reward, yang berupa benda sich jarang. Paling Cuma ucapan dan kata-kata seprti “Good” “Excelent” “Awesome”. Tapi untuk tugas berkelompok, itu rewardnya ibu kasih permen.”
Pewawancara  :“Punishmentnya gimana bu?”
Narasumber     :“Kalau kenakalan yang nggak bikin tugas, saya suruh duduk didepan whiteboard selama jam pelajaran saya dan mengerjakan tugas yang tidak dikerjakanya itu sempai selesai.”
Pewawancara  :“Seberapa efektif hukuman yang seperti itu bu?”
Narasumber     :“Untuk hukuman seperti itu, tingkat efektifnya cuma lima puluh sampai tujuh puluh lima persen lah.”
Pewawancara  :“Kalau murid yang ribut gimana bu?”
Narasumber     :“Kalo class ribut sich, saya diam aja… Ntar muridnya juga ikut diam. Ya… kayak dicuekin gitu lach.. Kalau yang ini efektif,. hhe”

Narasumber III
Nama                           : TP
Umur                           : 36 Tahun
Jenis Kelamin             : Perempuan
Pekerjaan                     : Guru Bahasa Indonesia
Menekuni pekerjaan ini sejak : 9 tahun yang lalu

Pewawancara  :“Asyik bu, ngajar di MTsN?”
Narasumber     :“Ya…. Lumayan lach dari pada ngajar di SD.”
Pewawancara  :“Emangnya ibu pernah ngajar di SD?”
Narasumber     :“Pernah, waktu honor-honor dulu.”
Pewawancara  :“Apa sich bu, suka dukanya ngajar di SD.”
Narasumber     :“Di SD itu anaknya manja-manja, semuanya ngadu. Pensil patah lach.. Si Anu jahat lah.. Pengen duduk didepan lah.. Ya.. pokoknya asyik dan lucu. Tapi cape. Hhe”
Pewawancara  :“Untuk hukuman dan ganjaran, biyasanya bentuk hukuman apa yang ibu berikan?”
Narasumber     :“Kalau seandainya anak-anak nggak bikin tugas, biyasanya mereka saya suruh mengerjakan tugas itu dan tugasnya ditambah lagi, sedangkan untuk anak-anak yang ribut biyasanya saya diemin aja. Satu lagi, saya juga enang membandingkan dengan anak yang baik. Misalnya : Contoh lah Dian, dia rapi, tenang, nggak suka ngobrol”
Pewawancara  :“Kalau rewardnya gimana bu?”
Narasumber     :“Untuk reward, ya.. paling dikasih permen. Ini sich untuk kelompok. Nanti kelompok mana yang paling banyak dapat permen itu lah kelompok yang menang dan dapat nilai plus dari saya.”

SIMPULAN
Terkait reward dan punishment, sesuai teori Jhon Locke, memang benar kalu hukuman fisik itu tidak lah efektif, lagian pemerintahpun sudah tidak membenarkan adanya hukuman fisik yang dilakukan oleh guru kepada murid. Selain itu, penggunaan hukuman fisik akan menghasilkan asosiasi-asosiasi yang tidak diinginkan. Contohnya, anak-anak yang sering dicambuk atau dipukul tidak akan bisa melihat buku-buku, guru-guru atau apapun yang berkaitan dengan sekolah tanpa mengalami rasa takut atau marah.
Untuk reward, dari hasil wawancara, sepertinya pemberian hadiah cukup efektif untuk menambah semangat dan memicu anak untuk rajin belajar. Tapi hal ini bertentangan dengan teori Jhon locke yang menyatakan kalau pemberian hadiah, uang atau manisan tidak baik karena akan merusak tujuan pendidikan. Memang benar, kalau pemberian hadiah seperti ini akan merusak tujuan pendidikan dan akan mendorong anak untukmenemukan kebahagiaan dalam hal lain. Mereka jadi tidak melakukan sesuatu karena keinginan sendiri, tetapi karena ingin mendapatkan hadiah. Jadi, berikanlah pujian kepada anak-anak yang telah melakukan hal baik, karena itu dapat menambah semangatnya untuk lebih meningkatkan perilaku baiknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar